Qantas Airways dibuat kelabakan oleh pandemi virus Corona. Tapi, maskapai penerbangan Australia itu memilih menunggu vaksin COVID-19 untuk membuka rute internasional lagi.
Dikutip AP, Minggu (23/8/2020), Qantas menyebut menelan kerugian mencapai USD 2,9 miliar atau Rp 42,8 triliun. Pada bulan Juni, terjadi penurunan laba hingga 96,6 persen dibandingkan Juni tahun lalu.
CEO Qantas Airways, Alan Joyce, mengatakan belum dapat mengembalikan aktivitas penerbangan hingga ditemukan vaksin untuk virus Corona. Setidaknya, Qantas tak akan membuka rute penerbangan internasional sampai pertengahan tahun depan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Selandia Baru adalah contoh nyata yang berpotensi membuka relatif cepat dibandingkan dengan negara lain di seluruh dunia," kata Joyce.
"AS, dengan tingkat prevalensi di sana, mungkin akan membutuhkan waktu. Mungkin perlu vaksin sebelum kita bisa melihat itu terjadi," dia menambahkan.
"Kami berpotensi dapat melihat vaksin pada pertengahan atau akhir tahun depan dan negara-negara seperti AS mungkin menjadi negara pertama yang menggunakan vaksin itu secara luas, sehingga itu bisa berarti bahwa AS dilihat sebagai pasar pada akhir tahun 2021," dia menambahkan.
Enam bulan pertama tahun 2019 adalah kondisi terberat dalam 100 tahun Qantas terakhir bagi Qantas. Tapi, Joyce menyebut Qantas berada dalam posisi keuangan yang lebih baik daripada banyak maskapai penerbangan untuk bertahan hidup dari pandemi.
"Kami yakin, kami adalah maskapai yang menghabiskan uang tunai terendah di antara grup maskapai penerbangan besar mana pun di dunia," kata Joyce.
"AU$ 40 juta (USD$ 29 juta) seminggu masih merupakan angka yang besar, tapi itu jauh lebih rendah daripada maskapai lain di Amerika Utara dan Eropa dan itu memberi Qantas landasan pacu terpanjang dari grup maskapai mana pun di luar sana, hingga 2021 dan menjadi 2022 dan kami mungkin membutuhkan itu," dia menambahkan.
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol
Tragedi Juliana di Rinjani, Pakar Brasil Soroti Lambatnya Proses Penyelamatan