Jepang melakukan tes pada bus yang mampu melaju tanpa disopir manusia. Uniknya lagi, sistem pembayaran tiket bus juga cukup dilakukan lewat deteksi wajah.
Setelah sebelumnya membuat mobil terbang, Jepang kembali berinovasi dengan membuat bus tanpa sopir. Bus ini dikembangkan oleh perusahaan transportasi publik bersama dengan raksasa telekomunikasi NTT Docomo dan Gunma University.
Dilansir dari Sora News 24, Selasa (8/9/2020) bus yang mampu melaju sendiri itu telah dites di Kota Maebashi di Prefektur Gunma. Kota yang jumlah penduduknya tak terlalu padat ini memang lebih mengandalkan kendaraan pribadi daripada publik, sehingga lokasinya cocok untuk uji coba bus tanpa sopir ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seperti kendaraan otomatis lainnya, bus ini menggunakan teknologi sensor untuk memantau lalu lintas dan rambu di sekitarnya. Teknologinya juga disinkronkan dengan informasi lalu lintas dan sistem geografi melalui koneksi 5G.
Nantinya, bus ini akan diuji coba pada dua rute yakni Stasiun Maebashi dan Stasiun Chuo Maebashi pada Desember 2020.
Sementara itu, Kementerian Ekonomi, Perdagangan dan Perindustrian juga melakukan uji coba bus untuk rute antarkota bekerja sama dengan perusahaan bus regional. Sebelumnya, bus ini sudah dicoba di Kota Mita dengan menempuh jarak sejauh 6 kilometer. Uji coba dilakukan selama sebulan dari akhir Juli sampai dengan akhir Agustus.
Sebanyak 1.306 penumpang tercatat sudah merasakan naik bus ini. Setengah dari mereka mengatakan bus ini sama baiknya dengan yang dikemudikan manusia. Bus berjalan dengan lancar dan mampu menghadapi belokan dengan mulus.
Akan tetapi, masalah masih muncul ketika bus ini berhenti. Sebagian penumpang menyebutnya buruk dan hanya seperempat yang mengatakan itu baik seperti dikemudikan manusia.
![]() |
Nah, selain mampu berjalan tanpa sopir, bus ini juga menggunakan sistem pembayaran menggunakan wajah. Jadi setiap penumpang akan discan wajahnya. Melalui scan wajah itu, informasi penumpang akan dikenali dan transaksi pun otomatis terjadi.
Teknologi ini disebut akan mempermudah lansia yang tidak nyaman ketika harus mengisi formulir atau melakukan transaksi elektronik. Namun sistem ini masih menjadi perdebatan bagi masyarakat Jepang karena scan ini tak dapat dilakukan bila mereka merombak wajah mereka.
Namun secara umum, teknologi ini bermanfaat terutama di masa pandemi Corona yang menganjurkan kita meminimalisir kontak fisik. Uji coba akan terus dilakukan dan disarankan agar bus ini tak dibiarkan menempuh jarak yang terlampau jauh.
(pin/fem)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!