Dunia kedirgantaraan China mulai terlihat tajinya. Perusahaan pembuat pesawat lokal kini menantang Boeing dan Airbus.
Dalam pemberitaan CNN, ini adalah tahun pergolakan yang mengejutkan bagi industri penerbangan. Paling tidak ada satu perubahan signifikan yang telah diprediksi.
Pesawat komersil kualitas internasional dengan karakter China telah tercipta. Analisis terbaru oleh IATA memperkirakan bahwa lalu lintas penumpang global tidak akan kembali ke level sebelum COVID-19 hingga 2024.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan latar belakang itu, China kemungkinan akan menjadi kekuatan baru yang kuat melawan Amerika Serikat dan Eropa. Keduanya melemah karena menghadapi lockdown akibat pandemi virus Corona.
Saat penerbangan dimulai ulang, Boeing dan Airbus bersaing untuk bagian terbesar dari pasar. Masing-masing kekuatannya berasal dari pesawat jenis B737 dan A320.
Sementara itu, China telah mengembangkan pesawat baru dan sekarang sudah pada tahap pengujian penerbangan. Pesaing lokal itu bernama COMAC (Commercial Aircraft Corporation of China) C919.
Ketiga pesawat yang bersaing di atas memiliki spesifikasi yang sebanding. Mereka semua adalah pesawat lorong tunggal bermesin ganda dengan kapasitas tempat duduk antara 150 dan 180 penumpang.
Jumlah itu tergantung pada konfigurasi kelas dan cocok untuk melayani rute domestik dan regional. Cakupan jangkauan model pesawat ini juga sama persis, yakni untuk melayani penerbangan di sebagian besar jaringan penerbangan China.
C919 memiliki jangkauan hingga 5.555 kilometer dan telah mengumpulkan total 815 pesanan dari 28 pelanggan, sebagian besar maskapai penerbangan dari China sendiri. Hal itu bisa membuat perubahan serius dalam buku pesanan pemasok lama mereka, Airbus dan Boeing.
Saat ini banyak maskapai Barat telah memarkir pesawat mereka di gurun dan menunda atau membatalkan pengiriman pesawat dari produsen. Namun, buku pesanan COMAC dipenuhi oleh maskapai OTT Airlines, anak perusahaan baru China Eastern Airlines pada bulan Februari.
Rencananya OTT akan menjadi pelanggan pertama untuk C919, operator yang beroperasi di rute utama dan regional. Maskapai ini berfokus di sekitar wilayah Delta Sungai Yangtze dan menyebar ke provinsi sekitarnya.
![]() |
Apa perbedaan COMAC dengan Boeing dan Airbus?
Elemen utama pesawat seperti hidung, badan pesawat, sayap luar, penstabil vertikal, penstabil horizontal, dan permukaan yang dapat digerakkan dirancang secara independen oleh COMAC. Lainnya, perusahaan itu bekerjasama dengan pabrikan mesin Safran yang memproduksi kabin dan nacelles pesawat, struktur yang menopang mesin dan menghubungkannya ke sayap.
Mesin LEAP-1C C919 diproduksi oleh CFM, perusahaan patungan antara pembuat mesin AS, GE Aviation dan Safran.
Anak perusahaan, Safran Cabin mengatakan akan memasok toilet, dapur, dan pintu kokpit untuk C919. Perusahaan tersebut mengatakan bahwa toiletnya lebih besar dari yang biasanya terlihat pada pesawat pesaing.
Kamar kecil yang lebih luas berarti memungkinkan untuk bergerak lebih leluasa dan membuat pembersihan juga pemeliharaannya menjadi lebih ringan bagi kru. Kelebihan di masa pandemi ini.
Lainnya, dapur di bagian belakang pesawat akan berukuran lebih besar pula bagi awak pesawat bekerja. Safran mengatakan bahwa banyak mitra penerbangannya yang berbasis di China akan menerbangkan pesawat ini di rute pendek, layanan makanan bakal menjadi tantangan.
Safran mengatakan desain dapur yang ergonomis, ruang kerja yang besar, dilengkapi dengan 'troli Hybrite S' yang mudah bermanuver akan membantu kru menyiapkan makanan dan minuman dengan cepat.
Dapur yang luas juga cenderung menjadi nilai jual di seluruh dunia. Karena, maskapai penerbangan berupaya untuk mematuhi pedoman katering dalam penerbangan baru yang ditetapkan oleh Airline Catering Association (ACA).
Maskapai penerbangan sekarang beralih ke layanan makanan tanpa sentuhan di pesawat. Ini berarti lebih banyak kemasan dan berarti berpengaruh pada kebutuhan akan ruang galeri ekstra dan C919 memilikinya.
Selanjutnya: Kapan C919 terbang-China pimpin pasar penerbangan dunia?
Polusi C919?
Mengenai masalah lingkungan, Safran mengatakan telah membuat kemajuan dalam struktur kompositnya. Itu memungkinkan interior menjadi ringan dan tahan lama, membantu mengurangi jejak karbon sambil menahan kerasnya layanan jarak pendek.
Mesin pesawat juga diklaim lebih efisien. Mesin CFM LEAP-1C, satu-satunya mesin untuk C919 menawarkan pengurangan 15% dalam konsumsi bahan bakar dan emisi CO2 dibandingkan mesin saat ini, dan margin hingga 50% pada emisi NOx.
Kebisingan atau polusi suara di dalam kabin dan sekitar bandara tempat C919 beroperasi juga diklaim berkurang signifikan.
Keterlibatan Safran dalam program C919 bukanlah hal yang mengejutkan. Perusahaan ini telah berdagang dengan China selama lebih dari satu abad dan telah memiliki hubungan yang kuat dengan industri penerbangan China dan jadi pemasok utama bagi semua maskapai besarnya.
Safran juga telah mendirikan fasilitas perawatan dan perbaikan khusus bersama maskapai penerbangan besar China, seperti Air China dan China Eastern Airlines.
Kapan C919 terbang?
COMAC telah membangun enam prototipe C919. Armada ini telah mondar-mandir dalam program pengujian penerbangan.
Prototipe pertama melakukan penerbangan perdananya pada tahun 2017 dan uji penerbangan terbaru diumumkan secara publik meskipun terjadi krisis COVID-19, pada Februari 2020 lalu. Prototipe AC106 lepas landas dan mendarat di Bandara Dongying Shengli.
Meskipun pesawat uji ini mencatat uji jarak tempuh udara, belum ada tanggal resmi layanan penumpang perdana oleh C919. Ketika pertama kali diluncurkan pada tahun 2008, program ini dijadwalkan meluncur pada tahun 2014 untuk uji terbang pertama, tapi ini mundur hingga ke tahun 2017.
Akhir 2021 atau awal 2022 jadi waktu yang sedang diperdebatkan sebagai kemungkinan operasi komersialnya. Tapi berbagai faktor dapat menghambatnya mengudara.
Hasil pemilu AS dapat memengaruhi hubungan Amerika yang memburuk dengan China. Baik atau buruk, pasti dapat berdampak pada ekspor mesin CFM.
Mitra CFM, GE Aviation, baru-baru ini mampu 'menghindari peluru' dengan diberikan izin untuk mengekspor LEAP 1C ke China. Ada kekhawatiran dari keamanan nasional AS bahwa teknologi mesin dapat direkayasa ulang.
![]() |
China pimpin pasar dunia penerbangan
Selama bertahun-tahun, China memang dalam perjalanan untuk menjadi pasar penerbangan terbesar di dunia, melampaui Amerika Serikat. Asosiasi Transportasi Udara Internasional (IATA) memperkirakan hal itu akan terjadi pada 2024, tetapi tampaknya krisis COVID-19 telah mempercepat pengambilalihan ceruk itu.
China merebut mahkota pasar negara terbesar pada Mei 2020, menurut data dari analis penerbangan OAG. AS menggerutu, IATA mengatakan bahwa China terus memimpin pemulihan aktivitas penerbangan global.
Hal ini sejalan dengan strategi 'Made in China 2025' di negara tersebut, yang bertujuan untuk mendukung produk yang dirancang dan diproduksi di dalam negeri. Untuk ekosistem penerbangan China, ini berarti ketergantungan membeli pesawat asing akan lebih kecil.
Yang mendasari transisi ini adalah perpindahan tenaga kerja China ke pusat-pusat perkotaan secara besar-besaran. Setidaknya sebelum pandemi, demografi di China berkembang naik jadi konsumen kelas menengah dan mampu menyisihkan lebih banyak uang untuk naik pesawat.
Pada awal tahun ini, lebih dari 200 bandara tambahan telah dijadwalkan pembangunnya selama 15 tahun ke depan oleh China. Ini untuk mengatasi lonjakan pertumbuhan penumpang.
Belum lama ini, Prospek Pasar Komersial Boeing 2019-2038 mengatakan bahwa China akan membutuhkan 8.090 pesawat penumpang baru ditambah layanan dukungan terkait selama 20 tahun ke depan. Pasar yang diperkirakan oleh Boeing bernilai USD 2,9 triliun.
Komentar Terbanyak
Layangan di Bandara Soetta, Pesawat Terpaksa Muter-muter sampai Divert!
Bandara Kertajati Sepi, Waktu Tempuh 1,5 Jam dari Bandung Jadi Biang Kerok?
Foto: Aksi Wulan Guritno Main Jetski di Danau Toba