La Nina adalah peristiwa turunnya suhu air laut di Samudera Pasifik di bawah suhu rata rata sekitarnya. Penyebabnya karena suhu permukaan laut pada bagian barat dan timur Pasifik lebih tinggi daripada biasanya.
Kejadian tersebut menyebabkan tekanan udara pada ekuator Pasifik barat menurun. Hal ini mendorong pembentukan awan berlebihan dan menyebabkan curah hujan tinggi pada daerah yang terdampak.
Dampak La Nina adalah meningkatnya curah hujan di wilayah Pasifik Ekuatorial Barat, di mana Indonesia termasuk di dalamnya. Tanda-tanda La Nina lainnya seperti cuaca cenderung menjadi hangat dan lebih lembab. Fenomena ini meningkatkan curah hujan, membuat cuaca pada musim kemarau Indonesia, menjadi lebih basah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
La Nina akan sangat terasa dampaknya bagi kota dan daerah yang tidak mempunyai resapan air yang bagus. Hujan yang terjadi selama beberapa jam sudah cukup untuk membuat suatu kota atau daerah tergenang banjir.
Dalam situs Pusat Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemkes), dampak La Nina juga berpengaruh terhadap permasalahan-permasalahan kesehatan seperti penyakit diare, demam, typhus, kolera, disentri, leptospirosis, dan hepatitis A. Penyakit-penyakit tersebut perlu diwaspadai terutama pada daerah-daerah yang rawan banjir.
Sedangkan dampak dari La Nina terhadap nelayan adalah berkurangnya tangkapan ikan. Hal ini karena kurangnya kandungan klorofil-a yang merupakan makanan ikan di lautan. Sedangkan dampaknya bagi petani yakni banjir di sawah dan kebun. Namun kondisi pengairan pada lahan pertanian akan tetap basah dikarenakan hujan tetap turun meskipun pada musim kemarau.
Deputi Bidang Klimatologi, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Herizal dalam keterangannya Sabtu (3/10/2020), mengatakan, daerah terdampak La Nina tidak seragam di seluruh Indonesia. Pada Bulan Oktober-November, peningkatan curah hujan bulanan akibat La Nina dapat terjadi hampir di seluruh wilayah Indonesia kecuali Sumatera. Selanjutnya pada Bulan Desember hingga Februari 2021, peningkatan curah hujan akibat La Nina dapat terjadi di Kalimantan bagian timur, Sulawesi, Maluku-Maluku Utara, dan Papua.
Pada Bulan Oktober ini beberapa zona musim di wilayah Indonesia diperkirakan akan memasuki musim hujan, di antaranya Pesisir timur Aceh, sebagian Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Pulau Bangka, Lampung, Banten, sebagian Jawa Barat, sebagian Jawa tengah, sebagian kecil Jawa Timur, sebagian Kalimantan Barat, sebagian Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, sebagian Kalimantan Timur, sebagian Kalimantan Utara, sebagian kecil Sulawesi, Maluku Utara dan sebagian kecil Nusa Tenggara Barat.
Peningkatan curah hujan seiring dengan awal musim hujan disertai peningkatan akumulasi curah hujan akibat La Nina berpotensi menjadi pemicu terjadinya bencana hidro-meteorologis seperti banjir dan tanah longsor.
Lalu apa bedanya La Nina dengan El Nino?
El Nino adalah kejadian di mana suhu air laut yang ada di Samudra Pasifik memanas di atas rata-rata suhu normal. El Nino disebabkan oleh meningkatnya suhu perairan di Pasifik timur dan tengah yang mengakibatkan meningkatnya suhu dan kelembaban pada atmosfer yang berada di atasnya.
Pengaruh El Nino terhadap Indonesia yakni membuat suhu permukaan air laut di sekitar Indonesia menurun. Hal ini berakibat pada berkurangnya pembentukan awan yang membuat curah hujan menurun, namun kandungan klorofil-a pada lautan Indonesia meningkat. Peningkatan kandungan klorofil-a menyebabkan meningkatnya pasokan makanan di lautan Indonesia. Ini artinya, jumlah ikan yang ada di sekitar perairan Indonesia meningkat.
(nwy/pal)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!