Dalam catatan sejarah masa lalu, ada cerita jika ombak yang datang sampai setinggi pohon kelapa. Berdasarkan pengalaman tsunami di Indonesia, kesadaran masyarakat untuk menanggulangi bencana harus dilatih.
"Kesadaran mesti dilatih dengan kearifan lokal. Jepang misal, ada banyak pohon ini bisa membantu. Seperti di Kebumen, ada cemara laut, sudah tinggi, kita edukasi," kata Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo dalam "Bulan PRB 2020- Ketanggungan daerah" secara virtual di Jakarta, seperti dikutip dari CNBCIndonesia.com Senin (12/10/2020).
Menurutnya, jika area sepanjang laut selatan Jawa bisa ditanami pohon, bisa saja mencegah terjadinya tsunami. Untuk itu informasi potensi ini harus disampaikan pada masyarakat, dan Pemda menyusun skema mitigasi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia menyebut, Jawa Tengah menjadi salah satu provinsi yang banyak catatan bencana. Laut Hindia misalnya, sudah ada riset terkait megathrust di laut Hindia Selatan. Riset ini menurutnya menimbulkan pertanyaan dari banyak pihak.
Ganjar mengatakan area yang terancam tsunami harus dipetakan, seperti Cilacap, Kebumen, Wonogiri, dan menyambung ke Provinsi DI Yogyakarta dan Jawa Timur.
"Di Jateng atau jawa selatan, kira-kira tingginya berapa meter, dia bisa bergerak berapa kilo, sebenarnya di area-area ini zona bahaya yang kita lakukan edukasi," imbuhnya.
Dia menambahkan berdasarkan indeks risiko bencana, Pada 2018 lalu, provinsi Jawa Tengah pada indeks risiko tinggi urutan 17 nasional. Untuk itu, perlu adanya kerjasama antara Bupati, Walikota, PIM hingga SAR.
"Bahkan sekarang didorong level desa, sehingga munculkan desa tangguh bencana, kerjasama Perguruan Tinggi, bahkan kita mulai mengajak ibu-ibu, anak-anak, semua untuk peduli terhadap bencana. mereka bisa paham sehingga bisa bersikap dan bertindak," kata Ganjar.
Sebelumnya, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati buka suara mengenai lonjakan kejadian gempa bumi hingga 2 kali lipat dalam 3 tahun terakhir. Trend kejadian gempa yang melonjak ini juga mengakibatkan meningkatnya potensi tsunami.
Dwikorita menjelaskan berdasarkan data monitoring kegempaan yang dilakukan BMKG, sejak tahun 2017 telah terjadi trend peningkatan aktivitas gempa bumi di Indonesia dalam jumlah maupun kekuatannya. Kejadian gempa bumi sebelum tahun 2017 rata-rata hanya 4.000-6.000 kali dalam setahun, yang dirasakan atau kekuatannya lebih dari 5 sekitar 200-an.
Namun setelah tahun 2017 jumlah kejadian itu meningkat menjadi lebih dari 7.000 kali dalam setahun. Bahkan tahun 2018 tercatat sebanyak 11920 kali dan tahun 2019 sebanyak 11588 kejadian gempa.
"Ini bukan lagi peningkatan, tapi sebuah lonjakan yang cukup signifikan. Dengan data dan fakta bahwa kejadian tsunami yang terjadi di dunia sebagian besar dipicu oleh gempa bumi tektonik, tentunya trend kejadian gempa yang melonjak ini juga mengakibatkan meningkatnya potensi tsunami," ujarnya belum lama ini.
(ddn/ddn)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!