Pulau Rinca Ditutup, Pelaku Wisata Menjerit

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Pulau Rinca Ditutup, Pelaku Wisata Menjerit

Bonauli - detikTravel
Selasa, 27 Okt 2020 19:59 WIB
komodo
Komodo (Yasa Sidik Permana/dTraveler)
Jakarta -

Penutupan Pulau Rinca Taman Nasional Komodo membawa efek samping bagi para pelaku pariwisata. Khususnya bagi pelaku usaha kapal kecil.

Tak ada asap kalau tak ada api, itulah pepatah yang pas untuk keadaan ini. Bermula dari foto viral komodo vs truk di medsos, kini masyarakat mulai kembali gencar menyuarakan protes penutupan Pulau Rinca.

Pembangunan di Pulau Rinca sendiri baru berjalan beberapa bulan. Dengan ditutupnya akses ke sana, otomatis tak ada yang benar-benar tahu apa yang sesungguhnya terjadi di sana.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Penutupan ini juga memberi dampak bagi para pelaku usaha kapal. Tak adanya akses membuat mereka tercekik karena tak ada wisatawan yang menyewa kapal.

"Pulau Rinca itu hanya bisa diakses kapal kecil. Ini ditutup, wisatawan dialihkan ke Pulau Komodo," jelas Ketua Forum Masyarakat Peduli dan Penyelamat Pariwisata Manggarai Barat (Formapp Mabar), Aloysius Suhartim Karya kepada detikcom.

ADVERTISEMENT

Aloysius melanjutkan bahwa Pulau Komodo memiliki tipe arus yang kencang. Berbanding terbalik dengan Pulau Rinca, perjalanan ke Pulau Komodo akan memakan banyak waktu.

"Dengan arus yang kencang, kapal kecil seperti open deck tidak akan bisa masuk. Bisa sih, tapi butuh waktu sampai 5 jam. Apa ada wisatawan yang mau ke sana dengan waktu selama itu?"

Menurutnya wisatawan akan dengan mudah beralih ke speed boat. Otomatis, kapal open deck yang berjumlah ratusan mati suri di dermaga.

"Inikah tujuan pariwisata yang mempertimbangkan 3P (people, planet dan prosperity)? Masyarakat yang menggantungkan hidup di sana harus menderita," tegasnya.

Segenap pelaku pariwisata sepakat bahwa ini hanya dalih dari pemerintah saja. Zona pemanfaatan yang digadang-gadang akan menguntungkan di masa depan disebut hanya jadi tameng untuk politik dan kepentingan pribadi.

"Dalihnya zona pemanfaatan, padahal kawasan pemanfaatan juga jadi satu dengan kawasan konservasi. Kami mendesak pemberhentian pembangunan itu segera dan membiarkan Taman Nasional Komodo apa adanya seperti saat ini," ungap Alosysius.

"Testimoni semua yang datang menyuarakan bahwa TNK adalah permata kecil di Indonesia. Alamnya sudah jadi permata, komodo ini sudah sepaket dengan alamnya, tak perlu man made tourism," pungkasnya.




(bnl/ddn)

Hide Ads