Taman Nasional Alas Purwo di Kabupaten Banyuwangi telah ditetapkan sebagai Cagar Biosfer Dunia oleh UNESCO-PBB dan geopark nasional. Penetapan sebagai salah satu dari kawasan Taman Bumi atau Geological Park (Geopark) Nasional 2018 oleh Komite Geopark Nasional.
Sementara status sebagai Cagar Biosfer Dunia ditetapkan oleh UNESCO untuk TN Alas Purwo dan Taman Wisata Alam Kawah Ijen yang kemudian dinamai Cagar Alam Blambangan dilakukan oleh UNESCO pada sidang International Coordinating Council (ICC) Program MAB (Man and The Biosphere) UNESCO ke-28 di Kota Lima, Peru, 18-20 Maret 2016 lalu.
Bupati Abdullah Azwar Anas mengatakan, penetapan tersebut menjadi pendorong Banyuwangi untuk mengoptimalkan sektor pariwisata berbasis alam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dengan status geopark ini, akan semakin melengkapi keberadaan Taman Nasional Alas Purwo yang sebelumnya ditetapkan sebagai cagar biosfer dunia oleh UNESCO. Sekaligus ini akan memperkuat positioning Banyuwangi yang menyajikan ekowisata, pariwisata berbasis alam," jelas Anas kepada detikTravel, Rabu (20/1/2021).
Anas mengatakan, perbaikan aksesibilitas ke TN Alas Purwo adalah wujud dukungan pemerintah pusat bagi pengembangan pariwisata daerah. Tahun 2018 lalu, pemerintah pusat menggelontorkan Rp 50 miliar untuk perbaikan infrastruktur tersebut.
Perbaikan infrastruktur itu dilakukan pada 2018, bahkan ditinjau langsung Menko Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan.
"Banyuwangi berterima kasih ke pusat karena perbaikan infrastruktur mampu menarik minat wisatawan dan otomatis menggerakkan ekonomi lokal," papar Anas.
![]() |
Berbagai event Banyuwangi Festival juga pernah digelar di Alas Purwo. Diantaranya Alas Purwo Geopark Green, Internasional Tour de Banyuwangi Ijen dan Savana Dualthon. Event itu diikuti atlet dari luar negeri seperti Austria, Belanda, Amerika, Iran dan Prancis. Sedangkan peserta nasional berasal dari Lampung, Jakarta, Surabaya, Malang, Probolinggo, Jember, Lumajang dan Bali.
"Event yang masuk agenda Banyuwangi Festival ini untuk mengenalkan Alas Purwo lebih luas. Sudah terbukti bahwa event cara efektif mempromosikan suatu lokasi, yang dampaknya memicu kunjungan wisatawan. Akan menjadi pengalaman baru yang menantang, berlari di tengah rerimbunan hutan yang penuh oksigen," kata Anas.
Data Balai TN Alas Purwo menunjukkan, lonjakan kunjungan terasa terutama pada 2018. Pada 2016, jumlah wisatawan ke taman nasional seluas 44.000 hektar itu mencapai 134.130 orang. Lalu hanya naik 2,46 persen pada 2017 menjadi 137.430 orang.
Kenaikan tajam terasa pada 2018, yaitu mencapai 53,5 persen menjadi 211.049 wisatawan.
Namun di tengah Pandemi COVID-19 ini, kunjungan ke TN Alas Purwo dibatasi. Bahkan beberapa kali TN Alas Purwo menutup akses bagi wisatawan yang datang untuk sekedar rekreasi ataupun bertapa.
(msl/msl)
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Ada Apa dengan Garuda Indonesia?