Saung Angklung Udjo terancam tutup karena dihantam pandemi virus Corona. Pengelola mengharapkan vaksin bisa menjadi penyelamat.
Nasib Saung Angklung Udjo di ujung tanduk. Tanpa wisatawan, wadah kebudayaan Sunda itu sekarat.
Padahal biasanya Saung Angklung Udjo Bandung ramai oleh wisatawan yang ingin mengenal budaya Sunda lebih dalam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ya kan sudah umum, karena COVID-19. Maksudnya pengunjung sulit, karena regulasi pemerintah dan banyak faktor, ya saya maklum," kata Direktur Utama Saung Angklung Udjo, Taufik Hidayat.
Salah satu langkah Saung Angklung Udjo untuk tetap bisa bertahan di tengah pandemi adalah dengan mendapatkan sertifikat CHSE atau Cleanliness (Kebersihan), Health (Kesehatan), Safety (Keamanan), dan Environment (Ramah lingkungan). CHSE mulai diterapkan di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif di Indonesia sejak September 2020.
"Sebelum ke CHSE, hampir ada 1.000 orang terlibat dalam Saung Angklung Udjo. Seni budaya tradisional Sunda hampir tidak ada jarak antara penonton dengan pemain, kita banyak berinteraksi dengan penonton. Dengan adanya pandemi ini kami harus tahu diri," ujar Taufik.
Makanya, Taufik berharap besar kepada vaksinasi COVID-19. Taufik pun meminta agar seniman di Saung Angklung Ujo mendapatkan prioritas untuk divaksin.
"Untuk itu, kami, mungkin yang di Jawa Barat, yang pertama memiliki sertifikat CHSE itu. Kami sadar diri dan tidak bisa ngotot. Kami memiliki konsep tetap mempertahankan nilai-nilai lama namun masih tetap create the new one," kata Taufik pada kegiatan 'Bincang Bincang Program CHSE Dan Gerakan Pakai Masker', Selasa (2/2/2021) di Gedung Balai Sapta Pesona, Kemenparekraf, Jakarta.
![]() |
Taufik juga berharap dia dan timnya menjadi salah satu pihak yang mendapatkan prioritas dalam daftar divaksin. Dia yakin vaksinasi bisa memulihkan kunjungan wisatawan ke Saung Angklung Udjo.
"Kami sadar diri, dengan CHSE kami yang pertama dan kami mohon tim saya disegerakan vaksin juga. Karena itu penting sekali untuk menjaga kepercayaan wisatawan tetap berkunjung dan juga menjaga pemain kita," kata Taufik.
"CHSE telah saya lakukan dan kita himbau semua pihak khusus pemerintah kalau sosialisasinya harus TSM yaitu terstruktur, sistematis, dan masif. Karena masih banyak orang yang tidak tahu, dimana yang bersertifikat dan tidak biasa saja. Padahal setidaknya yang bersertifikat ada jaminan," ujar Taufik.
Selama pandemi virus Corona, Saung Angklung Udjo tetap menunjukkan aktivitas keseniannya. Yakni, dengan melakukan pertunjukan virtual.
"Hampir 1.000 orang menggantungkan kehidupannya di Saung Angklung Udjo. Kegiatan virtual memang kami lakukan namun hanya untuk kelompok-kelompok tertentu. Tapi, kalau untuk yang lebih luas mungkin butuh yang lebih lagi," kata Taufik.
(sym/fem)
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol
Tragedi Juliana di Rinjani, Pakar Brasil Soroti Lambatnya Proses Penyelamatan