3 Poin Agar Wisata Bali Lebih Sip di Masa Datang

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

3 Poin Agar Wisata Bali Lebih Sip di Masa Datang

Bonauli - detikTravel
Selasa, 16 Feb 2021 05:02 WIB
Ilustrasi Turis di Bali
Turis di Pantai Kuta (Gede Suardana/detikTravel)
Jakarta -

Bali belajar banyak dari pandemi. Berikut tiga poin yang tidak boleh hilang dari pariwisata Bali.

Indonesia bisa dibilang amat terdampak wabah Covid-19. Bali yang menjadi destinasi populer mancanegara menjadi lokasi awal ditemukannya Covid-19 di

"Penyebaran Covid-19 awalnya muncul di Bali, karena orang asing yang kebetulan kecelakaan dan di swab ternyata positif. Kemudian ada kebijakan negara asing untuk menutup perbatasan, banyak imigran yang pulang," kata Dr Ir Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati, Wakil Gubernur Bali dalam webinar Kesiapan Sektor Pariwisata dan Upaya Pemanfaatan Teknologi dalam Smart Tourism di Era Pandemi - Sinkronisasi Kebijakan Pusat dan Kesiapan Pemangku Kepentingan Pariwisata di Daerah yang diadakan oleh Universitan Prasetya Mulya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Cok Ace, begitu panggilan akrabnya, bercerita bahwa dari situ Bali sudah sadar dengan keberadaan Covid-19. Pada awalnya Pemerintah Bali menangani mereka yang pulang dari luar negeri dengan karantina mandiri.

"Bersyukur kita cepat menangkap imigran-imigran dan mengkarantina mereka. Kemudian mulai dibangun dapur umum," katanya.

ADVERTISEMENT

Kemudian Bali mulai mengidentifikasi kondisi ke dalam 3 segmen, yaitu mulainya Covid-19 masuk, kemudian adanya juga tahapan landai, tahapan menurun (recovery). Dari tiga tahapan ini semuanya berkaitan dengan wisata.

"Saat kondisi pertama, perhatian pemerintah penuh ke Bali. Bantuan-bantuan, penanganan dan pos. Waktu itu diikuti dengan pembatasan penerbangan internasional ke Bali," ujarnya.

Ini terjadi sampai bulan Maret. Kemudian di bulan Juni Bali sudah menunjukkan fase landai. Pada bulan inilah Bali berpikir untuk membuka kembali pariwisata. Saat itu Bali siap dibuka untuk 31 Juli 2020.

"Pertumbuhan ekonomi Bali dari kuartal-kuartalnya meningkat 1,66 persen, tidak besar dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Wisatawan domestik memang tidak signifikan, 3-4 ribu, sementara akhir pekan hanya 8000 ribu wisnus, ini berjalan dari bulan Juli. Membuka penerbangan domestik ini meningkatkan tren positif," pujinya.

Bali terus berjalan dan mulai berpikir untuk memasuki fase ketiga, fase recovery alias pemulihan. Setelah fase landai ini lewat Bali rencananya akan membuka fase jangka menengah untuk pariwisata Bali.

"Jangka menengah ini membuka border luar negeri dengan travel bubble, terhadap negara-negara tertentu dengan pola FCC atau Free Covid Coridor. ini sebenarnya kami siapkan untuk tahap kedua pemulihan wisata Bali," kata dia.

Bali memperkirakan awalnya FCC akan terjadi di awal tahun 2021 atau minimal terjadi di kuartal pertama tahun 2021. Sejak bulan November, warga Bali, pengusaha, dan khususnya Kemenparekraf melakukan usaha kampanye seperti Bali kemBali, We Love Bali dan lain sebagainya.

"Inti dari kampanye itu adalah bagaimana di satu sisi kami meningkatkan kesejahteraan kami terhadap kemungkinan kemungkinan terjadinya tumbuhnya COvid di Bali. Yang kedua memberikan gambaran Bali sebagai destinasi dunia telah menyiapkan diri menerima wisatawan," dia menjelaskan.

"Memang, cenderung ada peningkatan setelah libur nataru di Bali. Tapi, beberapa hari sudah menurun dan yang menggembirakan adalah sedikitnya angka kematian. Hanya di bawah 10 atau lebih sedikit," kata Cok Ace.

"Kami ingin melakukan pembangunan jangka panjang. Sebenarnya kami sudah merasakan ketimpangan atau disharmoni yang menyangkut pariwisata Bali," ujarnya.

Bali sudah memiliki program jangka panjang. Ibarat cita-cita, Bali ingin di masa depan pola pembangunan pariwisata bali jadi wisata berkelanjutan.

"Ada tiga pesan penting yang kami tangkap dari pandemi, yaitu kesehatan dengan menggunakan masker, jarak dengan social distancing dan kebersihan seperti mencuci tangan," kata dia.

"Wisata berkelanjutan yang akan kami terapkan adalah pariwisata yang tidak merusak keyakinan kami di Bali. Tidak boleh mendegradasi keyakinan di Bali. Kedua tidak merusak hubungan harmoni antar manusia. Jangan sampai pariwisata menimbulkan konflik atas keluarga atau wilayah. Ketiga adalah tidak merusak alam Bali," ujar dia.




(bnl/fem)

Hide Ads