Para perajin gerabah di Desa Plumpungrejo, Kecamatan Kademangan, Blitar punya cara tersendiri dalam meningkatkan profit bisnisnya. Tidak hanya menyajikan berbagai produk khas kerajinan gerabah, mereka juga membuka pusat wisata edukasi Kampung Gerabah.
Muhammad Burhanudin salah satu penggerak kerajinan gerabah mengatakan keberadaan wisata edukasi tersebut bahkan terkenal hingga mancanegara. Menurutnya, banyak wisatawan dari luar negeri tertarik mempelajari cara pembuatan kerajinan dari tanah liat ini.
"Wisata edukasi di sini banyak didatangi turis asing juga seperti mahasiswa, pernah dari Amerika, ada juga India, mereka tertarik puter-puter (tanah liat)," ujar Burhan kepada detikcom beberapa waktu lalu saat Jelajah UMKM di Blitar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bahkan, kata Burhan, sebelum Indonesia diterpa pandemi pada 2020 lalu, ada sekitar lima kelompok kunjungan wisatawan yang dijadwalkan untuk mengunjungi Kampung Gerabah ini. Dua dari lima kelompok wisatawan tersebut berasal dari Kanada dan Jepang, dan harus rela balik lagi ke negara asalnya.
"Sebetulnya sebelum pandemi ini ada 5 kunjungan karena kita kerja sama dengan Biro Pariwisata dan instansi pendidikan. Jadi kalau sedang ada mahasiswa asing (di Blitar) biasanya dibawa ke sini seperti dari Jepang, Kanada kemarin sudah di bandara tapi nggak jadi ke sini karena tidak boleh," jelasnya.
Lebih lanjut, Burhan menuturkan selain didatangi para wisatawan mancanegara, wisata edukasi gerabah miliknya juga kerap didatangi para pelajar dan warga lokal di Indonesia. Tercatat, dari luar kota seperti Malang, Bali hingga Papua pernah mengunjungi Kampung Gerabah ini.
"Di wisata edukasi gerabah ini, saya bikin tiga paket. Paket pertama itu edukasi dan mewarnai souvenir. Paket kedua yaitu edukasi dan membuat gerabah dan paket ketiga mulai edukasi, membuat gerabah sampai finishing mewarnai," terangnya.
"Paket pertama itu melihat proses dari awal sampai akhir dan di akhir mewarnai gerabahnya berupa celengan, tempat pensil, vas bunga biasanya untuk anak-anak SD dan PAUD. Selain itu, kedua dan ketiga sebetulnya sama dan bedanya ada belajar membuat langsung biasanya anak SD ke atas hingga mahasiswa," jelasnya.
Adapun rentang harga yang ditawarkan dalam paket wisata edukasinya ini mulai dari Rp 15.000-Rp 20.000 per orang. Biasanya untuk satu kelompok sebelum pandemi dia kerap menerima tamu lebih dari 50-100 orang. Omzet yang dihasilkan dari wisata edukasi ini pun cukup menggiurkan.
"Kalau ada wisata edukasi itu biasanya dapat keuntungannya sekitar Rp 25-30 juta per bulan, kalau rame bisa sampai Rp 40 juta per bulan," pungkasnya.
Sebagai informasi, dalam mengembangkan usaha hasil turun temurun dari keluarganya ini, Burhan mengaku terbantu dengan adanya bantuan permodalan Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari Bank BRI sebesar Rp 50 juta hingga naik menjadi Rp 250 juta. Modal tersebut ia gunakan untuk pengembangan tempat produksi.
detikcom bersama BRI mengadakan program Jelajah UMKM ke beberapa wilayah di Indonesia yang mengulas berbagai aspek kehidupan warga dan membaca potensi di daerah. Untuk mengetahui informasi lebih lengkap, ikuti terus beritanya di detik.com/tag/jelajahumkmbri
(akn/ddn)
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol