San Francisco -
Konsul Jenderal RI (KJRI) San Francisco mendapat beberapa laporan insiden bermotif rasial yang dialami oleh Warga Negara Indonesia (WNI). Kekerasan rasial itu antara lain, aksi vandalisme bermotif rasial yang terjadi di salah satu gereja Indonesia di Seattle, serta insiden pelecehan kekerasan verbal yang dialami mahasiswa Indonesia di Davis, California.
"Konsul Jenderal RI mengimbau kepada masyarakat dan diaspora Indonesia untuk tetap tenang namun kerap meningkatkan kewaspadaan, tidak bepergian seorang diri serta mengajak masyarakat untuk tidak ragu melaporkan ke aparat setempat maupun KJRI atau Perwakilan RI terdekat jika menghadapi situasi gangguan atau kekerasan bermotif rasial," demikian disampaikan KJRI San Francisco dalam siaran pers yang diterima, Kamis (8/4/2021).
KJRI San Francisco sudah dan akan terus berkoordinasi dengan Pemerintah dan pihak-pihak terkait di 8 negara bagian di wilayah kerja KJRI SF, serta atas inisiatif KJRI SF, perwakilan ASEAN di San Francisco sepakat untuk bersama-sama menyampaikan keprihatinan dan meminta perhatian Pemerintah dan aparat keamanan setempat untuk menangani hal ini secara serius.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk menyikapi maraknya aksi kekerasan bermotif rasial terhadap komunitas Asia di Amerika Serikat dalam 3 bulan terakhir, Konsulat Jenderal RI di San Francisco menyelenggarakan pertemuan virtual dengan masyarakat dan diaspora Indonesia di wilayah kerjanya pada tanggal 6 April 2021 pukul 6 malam waktu setempat.
Sebanyak 150 orang masyarakat dan diaspora Indonesia dari California Utara, Nevada Utara, Oregon, Washington, Alaska, Montana, Idaho dan Wyoming menghadiri pertemuan yang berlangsung selama kurang lebih 2 jam ini.
Pertemuan ini yang dihadiri oleh Direktur Pelindungan WNI dan BHI Kementerian Luar Negeri, Judha Nugraha, Atase Polisi KBRI Washington DC, Brigjen. Pol. Ir. Ari Laksmana Widjaja, SH, serta Konsul Protokol dan Konsuler KJRI San Francisco, Susapto Anggoro Broto, merupakan bentuk perhatian besar negara yang hadir bersama masyarakat dan diaspora Indonesia dalam mengatasi dan melewati masa yang penuh tantangan ini.
Pada sesi pembukaan, Konsul Jenderal RI San Francisco, Simon D.I. Soekarno menyampaikan langkah yang telah dilakukan oleh KJRI San Francisco untuk mengantisipasi meningkatnya aksi kekerasan bermotif rasial terhadap komunitas Asia dalam dua bulan terakhir, antara lain berkoordinasi dengan aparat keamanan setempat.
Dalam sesi presentasi, Direktur Pelindungan WNI dan BHI, Kementerian Luar Negeri Indonesia, Judha Nugraha menyampaikan bahwa perwakilan merupakan kehadiran Pemerintah untuk melindungi warga negara Indonesia yang berada di luar negeri.
Selanjutnya: Mekanisme Lapor Diri untuk WNI yang Alami Kekerasan Rasial
Mekanisme Lapor Diri untuk WNI yang Alami Kekerasan Rasial
Untuk mendapatkan perlindungan, WNI yang sedang berada di luar Indonesia diimbau untuk melakukan lapor diri yang dapat dilakukan secara daring melalui portal peduli WNI.
Dengan lapor diri maka pemerintah dapat mengetahui keberadaan WNI di suatu wilayah dan memberikan pelindungan sekiranya terjadi situasi darurat, force majeur atau bencana lainnya.
Di samping itu, Kementerian Luar Negeri juga memiliki aplikasi safe travel yang dapat digunakan oleh WNI yang sedang bepergian untuk dapat mengetahui situasi keamanan terkini di suatu wilayah sekaligus juga fitur tombol darurat yang dapat digunakan untuk menghubungkan WNI dengan perwakilan terdekat ketika menghadapi situasi darurat.
Dalam situasi peningkatan aksi kekerasan terhadap komunitas Asia, masyarakat Indonesia diimbau untuk memahami hukum AS dan jangan diam ketika mendapat perlakuan kekerasan bermotif rasial. Keberanian untuk melaporkan kepada aparat setempat akan membantu untuk mencegah terjadinya kejahatan serupa di masa mendatang.
Atase Polisi KBRI Washington DC, Brijen. Pol. Ir. Ary L. Widjaja, SH dalam paparannya menyampaikan antara lain semakin meningkatnya aksi kekerasan bermotif rasial terhadap komunitas Asia di AS disebabkan tekanan ekonomi sebagai dampak dari pandemi Covid 19 serta juga residu politik dari pemilihan presiden AS yang baru saja selesai di akhir 2020.
Beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah aksi kekerasan antara lain langkah pre emptive, yakni jangan memberikan kesempatan pada para pelaku dengan bersikap tidak menyolok langkah preventif dengan bersikap waspada dan hati-hati, serta langkah penanganan sekiranya terjadi aksi kekerasan dengan segera melaporkan kepada pihak berwenang ataupun perwakilan RI terdekat.
Masyarakat juga diimbau untuk berani meminta pertolongan dan melaporkan jika mengalami aksi kekerasan bermotif rasial.
Konsul Protokol dan Konsuler KJRI San Francisco, Susapto Broto Anggoro menyampaikan mekanisme perlindungan yang dilakukan oleh perwakilan RI di luar negeri yakni; Langkah preventif atau pencegahan, deteksi dini untuk dapat mengetahui jika telah terjadi aksi kekerasan serta immediate response untuk memberikan pertolongan kepada korban sekiranya diperlukan.
Di samping itu, masyarakat dan diaspora juga diimbau untuk selalu waspada dan sekiranya mengalami insiden/kejadian kekerasan bermotif rasial dapat segera melaporkan kepada KJRI.
KJRI San Francisco telah mengeluarkan beberapa imbauan di media sosial KJRI serta simpul masyarakat agar masyarakat selalu waspada dan berhati-hati ketika sedang bepergian keluar rumah.
"KJRI juga telah melakukan koordinasi dengan pihak keamanan untuk menyampaikan kegelisahan di kalangan masyarakat Indonesia terkait perkembangan situasi terkini. KJRI berupaya semaksimal mungkin untuk memberikan perlindungan kepada masyarakat Indonesia yang berada di wilayah kerjanya," tutup KJRI.
Simak Video "Video: Sederet Makanan Menjijikkan di Museum Berlin, Berani Cicip?"
[Gambas:Video 20detik]
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!