Corona di Malaysia makin gawat. Kasus di Negeri Jiran kini total mencapai setengah juta, 505.115 dengan 2.119 kematian. Kasus baru harian rata-ratanya sudah mencapai 6.000 orang.
Meski pemerintahnya tengah melakukan penguncian melalui perintah kontrol pergerakan (MCO) 12 hingga 7 Juni, aturan yang ada tak cukup membendung penyebaran corona (Covid-19) di negeri jiran. Negara ini pun kini meningkatkan status menjadi "lockdown ketat".
Pemerintah memperketat aktivitas ekonomi dengan memerintahkan semua karyawan bekerja dari rumah dan membatasi operasi bisnis. Hal tersebut ditegaskan Menteri Senior Ismail Sabri Yakoob seperti dikutip dari CNBC Indonesia, Senin (24/5/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam pernyataan pers di Putrajaya, 80% dari semua pekerja di sektor publik serta 40% pekerja di sektor swasta, akan diminta untuk bekerja dari rumah. Aturan berlaku mulai 25 Mei di seluruh negeri.
"Ini berarti berkurangnya sekitar 8 juta orang Malaysia yang pulang pergi bekerja setiap hari," jelasnya dimuat Channel News Asia, Minggu (23/5/2021).
"Strategi kami adalah untuk mengurangi pergerakan (orang) dengan mengurangi jumlah orang yang bekerja di petugas ... dan membatasi jam operasional sektor ekonomi," kata Ismail Sabri.
Bukan hanya itu, transportasi umum juga akan beroperasi dengan kapasitas 50%. Sementara bisnis hanya boleh buka dari jam 8.00 hingga 20.00.
Semua institusi pendidikan ditutup dan makan di restoran juga dilarang. Hanya tiga orang yang diizinkan bepergian di setiap mobil, termasuk pengemudi.
Malaysia sendiri sudah tiga kali menerapkan MCO. Selain kali ini, sebelumnya MCO dilakukan Maret 2020 dan Januari 2021.
Kasus Covid-19 di seluruh negeri terus melonjak selama dua minggu terakhir. Malaysia telah melaporkan rekor, lebih dari 6.000 kasus Covid-10 per hari tiga hari berturut-turut hingga Sabtu.
Fasilitas kesehatan juga kritis di beberapa negara bagian. Unit perawatan intensif (ICU), disebut, terus berjuang dengan masuknya pasien apalagi kematian corona saat ini cukup tinggi.
Malaysia Batal "Full Lockdown"
Sementara itu, pernyataan muncul soal mengapa bukan "full lockdown "yang diterapkan. Sebelumnya beberapa menteri sempat menyebutkan wacana itu.
Full lockdown sempat berlaku Maret 2021 lalu. Saat itu tak ada satupun warga Malaysia boleh keluar rumah dan aktivitas ekonomi benar-benar setop kecuali kebutuhan pokok dan obat.
"Pemerintah telah membenarkan bahwa itu untuk mencapai keseimbangan antara pentingnya kesehatan dan pentingnya kelangsungan hidup (ekonomi) rakyat," kata Ismail Sabri.
"Ketika kami melakukan MCO 1.0, selama penguncian total, pemerintah mengalami kerugian sebesar RM2,4 miliar (US $ 579 juta)."
Dia mengatakan bahwa pemilik usaha kecil dan karyawan akan berjuang untuk bertahan hidup jika full lockdown yang lain diberlakukan. Warga Malaysia juga kini diminta menggunakan dua lapis masker.
(ddn/ddn)
Komentar Terbanyak
Didemo Pelaku Wisata, Gubernur Dedi: Jelas Sudah Study Tour Itu Piknik
Forum Orang Tua Siswa: Study Tour Ngabisin Duit!
Pendemo: Dedi Mulyadi Tidak Punya Nyali Ketemu Peserta Demo Study Tour