Pramugari Ini Larang Hijaber Duduk di Kursi Darurat: Bisa Bikin Pesawat Jatuh

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Pramugari Ini Larang Hijaber Duduk di Kursi Darurat: Bisa Bikin Pesawat Jatuh

Wahyu Setyo Widodo - detikTravel
Jumat, 11 Jun 2021 23:35 WIB
BURLINGAME, CALIFORNIA - MARCH 06: A Southwest Airlines plane lands at San Francisco International Airport on March 06, 2020 in Burlingame, California. In the wake of the COVID-19 outbreak, airlines are facing significant losses as people are cancelling travel plans and businesses are restricting travel. Southwest Airlines says they expect to lose between $200 to $300 million dollars in the coming weeks. Other airlines like United and Jet Blue are cutting flights. The International Air Transport Association predicts that carriers could lose between $63 billion and $113 billion this year.   Justin Sullivan/Getty Images/AFP
Foto: Ilustrasi Southwest Airlines (AFP/JUSTIN SULLIVAN)
Dallas -

Perempuan muslim dari AS diperlakukan rasis di dalam pesawat. Dia dilarang duduk di baris kursi darurat karena bisa bikin seisi pesawat jatuh ke bumi.

Inilah kisah perlakuan rasisme yang diterima Fatima Altakrouri, perempuan muslim yang lahir dan besar di Amerika Serikat. Fatima diperlakukan rasis oleh pramugari maskapai Southwest Airlines.

Dikumpulkan detikTravel dari beberapa sumber, Jumat (11/6/2021), cerita bermula ketika Fatima terbang bersama saudarinya menggunakan pesawat Southwest Airlines menuju ke Dallas, AS.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Fatima mengenakan hijab, sementara saudarinya tidak. Saat di dalam pesawat, mereka seharusnya duduk bersebelahan di baris kursi darurat yang masih kosong.

Namun rupanya, oleh pramugari yang bertugas Fatima tidak diizinkan duduk di kursi tersebut dengan alasan bahwa dia tidak bisa berbahasa Inggris dan bisa membuat pesawat jatuh bila duduk di kursi emergency.

ADVERTISEMENT

Padahal pramugari tersebut menyampaikan pernyataan itu setelah berbincang-bincang dengan Fatima menggunakan bahasa Inggris. Tentu saja Fatima merasa diperlakukan seperti layaknya seorang teroris.

"Saya menganggap itu sebagai komentar teroris. Jika saya yang mengatakan itu, tentu saja saya akan ditendang keluar pesawat. Saya tidak mengerti bagaimana pramugari itu bisa berkata demikian. Itu membuat saya tampak seperti seorang teroris padahal saya bukan," kata Fatima dalam jumpa pers di Bandara Dallas Fort Worth yang diselenggarakan Dewan Hubungan Amerika-Islam.

Fatima mendeskripsikan peristiwa yang dia alami itu sebagai hal yang sangat mengecewakan yang pernah dialaminya. Dia merasa sangat terintimidasi oleh si pramugari.

"Sebagai seorang pramugari, kamu seharusnya siap untuk menghadapi semua orang dari berbagai macam negara dan agama," Fatima menambahkan.

Saudara perempuan Fatima yang turut terbang bersamanya, Muna Kowni, bersaksi bahwa si pramugari berbicara dengan Fatima menggunakan bahasa Inggris.

"Pramugari itu bilang, kamu bisa duduk di kursi ini, tapi dia tidak," kata Muna.

Insiden rasisme ini sudah dilaporkan secara resmi oleh Fatima langsung ketika dia mendarat di bandara. Dia bahkan berbicara dengan manajer yang bertugas. Ketika dikonfrontasi dengan pramugari yang dimaksud, Fatima dan saudaranya malah diminta untuk pergi.

Southwest Airlines pun meminta maaf terkait insiden ini. Mereka akan melakukan investigasi secara rinci terkait peristiwa rasisme tersebut.

"Southwest Airlines tidak menoleransi segala bentuk diskriminasi. Kami meminta maaf kepada semua konsumen yang merasakan pengalaman tidak menyenangkan saat terbang bersama kami. Kami akan melihat secara spesifik situasi yang dialami penumpang tersebut," kata Brandy King, direktur Komunikasi Eksternal Southwest Airlines.




(wsw/fem)

Hide Ads