Sama-sama Naik Terus! Jumlah Kasus COVID-19 dan Wisatawan ke Bali

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Sama-sama Naik Terus! Jumlah Kasus COVID-19 dan Wisatawan ke Bali

Tim detikcom - detikTravel
Selasa, 29 Jun 2021 05:01 WIB
Anggota Polisi dan Satpol PP Kabupaten Badung menghentikan warga negara asing (WNA) yang melanggar protokol kesehatan saat operasi penertiban prokes dalam Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) skala mikro di Desa Canggu, Badung, Bali, Jumat (25/6/2021). Tim satgas gabungan menindak sebanyak 18 orang WNA yang berasal dari berbagai negara tersebut untuk memberikan efek jera agar menerapkan protokol kesehatan dalam upaya pencegahan penyebaran varian baru COVID-19 di kawasan pariwisata itu. ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo/aww.
Foto: ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo
Jakarta -

Jumlah kasus COVID-19 di Indonesia terus meroket dan pecah rekor tiap hari. Begitu juga dengan wisatawan yang liburan ke Bali.

Meningkatnya jumlah penderita COVID-19 di Indonesia semakin menunjukkan abainya masyarakat pada COVID-10. Selain itu, bukti buruknya sistem penanganan pandemi oleh pemerintah yang kerap gonta-ganti aturan ibarat membangun Candi Roro Jonggrang dalam semalam.

Per Jumat (25/6), zona merah COVID-19 bertambah menjadi 29 kabupaten/kota. Penambahan zona merah COVID-19 tercatat usai Corona Indonesia melaporkan lonjakan kasus Corona tertinggi sejak pandemi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Diketahui ada 20.574 kasus baru COVID-19 per Kamis (24/6). Kasus baru Corona di Indonesia menempati urutan kelima tertinggi di dunia.

ADVERTISEMENT

[Gambas:Instagram]



DKI Jakarta menjadi penyumbang kasus COVID-19 terbanyak, yakni 7.505 kasus pada Kamis (24/6/2021). Ini merupakan rekor tertinggi penambahan kasus harian Corona di ibu kota semenjak pandemi.

Hanya yang tak kalah menarik untuk disikapi, jumlah wisatawan domestik yang liburan ke Bali juga mengalami peningkatan. Itu dijelaskan oleh Gubernur Bali, Wayan Koster di Gedung DPRD Bali hari Senin (28/6/2021).

Koster mengatakan, perkembangan aktivitas masyarakat khususnya kedatangan wisatawan domestik ke Bali cukup baik, meskipun kasus COVID-19 meningkat di beberapa minggu terakhir.

PPDN yang melalui transportasi udara berada di kisaran 8 ribu sampai 9 ribu orang per hari. Sementara PPDN yang lewat darat/laut melalui Pelabuhan Gilimanuk itu sekitar 10.500 orang per hari.

Hanya di tengah lonjakan kasus COVID-19 di Indonesia yang terus pecah rekor, Koster juga kembali mengetatkan syarat masuk Bali.

"Jadi kita memperketat pintu masuk Bali (atau) persyaratan masuk Bali melalui transportasi udara harus menggunakan uji swab berbasis PCR. Tidak boleh lagi pakai GeNose," ujar Koster.

Gubernur Bali Wayan Koster menghadiri pelaksanaan vaksinasi COVID-19 di Kantor Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Regional 8 Bali dan Nusa Tenggara (Foto: Dok Pemprov Bali)Gubernur Bali Wayan Koster menghadiri pelaksanaan vaksinasi COVID-19 di Kantor Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Regional 8 Bali dan Nusa Tenggara (Foto: Dok Pemprov Bali)

Sementara PPDN yang melalui jalur darat/laut minimum harus memakai rapid tes antigen. Koster mengharapkan yang lewat jalur ini juga bisa memakai test PCR karena hasilnya lebih baik. Test untuk GeNose di jalur darat/laut juga sudah tidak diberlakukan lagi.

Koster menuturkan, kebijakan itu dikeluarkan karena melihat kasus COVID-19 yang meningkat cukup besar di luar Bali. Di Jakarta, kata Koster, kemarin angkanya mencapai 9.900 sehari dan total nasional mencapai 21 ribu kasus.

"Maka hari ini saya mengeluarkan surat edaran (syarat masuk Bali) yang baru sesuai dengan arahan Bapak Menko Maritim, Bapak Menkes dan juga Bapak Menhub agar Bali yang sudah baik ini jangan dirusak kembali," tuturnya.

Selain itu, surat keterangan bebas COVID-19 yang dipakai oleh PPDN ke Bali juga harus memakai QRcode. Hal itu guna memastikan surat keterangan hasil swab PCR maupun rapid test antigan tidak dipalsukan.

Selanjutnya: Work From Bali?

Meningkatnya jumlah wisatawan ke Bali tentu tak lepas dari program Pemerintah bertajuk Work From Bali. Tujuannya memang cukup mulia, yakni untuk memulihkan pariwisata di Pulau Dewata.

Namun, program Work From Bali itu juga disebut menjadi kambing hitam dari meningkatnya kasus COVID-19 di Bali. Terkait itu, Menparekraf Sandiaga Uno menepisnya.

Dalam Weekly Press Briefing yang diadakan secara virtual, Senin (28/6/2021) Sandiaga membantah tudingan WFB-lah yang membuat kasus Corona meningkat di Bali. Dia mengatakan bahwa kasus meningkat karena transmisi lokal.

"Kami klarifikasi program Work From Bali bukan jadi pemicu peningkatan kasus Covid di Bali. Karena data yang kami dapatkan dari Satgas Covid Bali melonjaknya kasus karena transmisi lokal yang hampir mencapai 84 persen," ujar Sandiaga.

Menparekraf Sandiaga Salahuddin Uno (tengah) bersama Gubernur Bali Wayan Koster (putih) dan Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati (Cok Ace)Menparekraf Sandiaga Salahuddin Uno (tengah) bersama Gubernur Bali Wayan Koster (putih) dan Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati (Cok Ace) Foto: dok Kemenparekraf

Hal senada juga ditegaskan oleh Gubernur Bali I Wayan Koster. Ia menegaskan tidak ada kaitan WFB dengan lonjakan kasus COVID-19 di Bali.

"Terkait munculnya kasus kenaikan baru di Bali tidak ada kaitannya dengan dengan WFB. Itu semua aktivitasnya berasal dari Kabupaten Badung tepatnya di Nusa Dua. Tetapi munculnya kasus justru paling banyak di daerah Denpasar, Gianyar, Buleleng dan Tabanan. Buleleng dan Tabanan ini tidak tersentuh oleh para pelaku perjalanan yang melakukan WFB. Jadi (kenaikan kasus di Bali) sebagian besar itu berada di kabupaten Badung, jadi tidak ada kaitan dengan WFB. Peningkatan kasus juga terjadi di Kabupaten Karangasem yang dimana pelaku WFB yang tidak nyampai ke situ. Oleh karena itu saya tegaskan WFB tidak ada kaitan dengan munculnya kasus di provinsi Bali," ungkap Koster.

Terlepas dari pembelaan Sandiaga dan Koster, publik agaknya memang sudah lelah dengan kondisi pandemi COVID-19 yang tak berkesudahan dan terus memburuk. Liburan ke Bali pun menjadi solusi bagi banyak traveler domestik untuk melepas penat di tengah pandemi.

Pada hakikatnya, liburan memang menjadi hal semua orang tanpa terkecuali. Hanya di hadapan pandemi COVID-19 yang tak pandang bulu, masyarakat memang perlu mawas diri dan menerapkan prokes dimana pun. Khususnya di tempat wisata dan ruang publik.

Liburan boleh, tapi lihat situasi dan saling menjaga demi kesehatan dan kebaikan bersama.


Hide Ads