Singapura punya cara sendiri dalam menyikapi COVID-19. Usai menganggapnya hanya flu biasa, kini negara itu ingin menghentikan penghitungan kasus COVID-19.
Saat ini negara-negara di kawasan Asia-Pasifik sedang berjibaku menekan penularan virus Corona varian Delta yang menjadi momok baru bagi masyarakat. Hal itu berbeda dengan Singapura yang perlahan sedang mempersiapkan skema kehidupan normal baru.
Dilansir dari CNN, Rabu (30/6/2021) tiga anggota gugus tugas COVID-19 Singapura mengusulkan untuk menghapus lockdown dan pelacakan kontak massal. Kemudian mereka juga menyarankan agar perjalanan kembali bebas dilakukan tanpa karantina serta memulai kembali pertemuan besar. Mereka juga mengusulkan agar pemerintah berhenti menghitung kasus COVID-19 setiap harinya.
Saran-saran ini jelas menyimpang dari standar yang dijalankan negara lain, termasuk negara pusat bisnis Asia lainnya, Hong Kong. Hong Kong telah membuktikan negaranya berhasil mengendalikan COVID-19 dengan melakukan pengetatan dimana-mana. Akan tetapi Singapura justru berpendapat bahwa hidup dengan COVID-19 bisa dilakukan.
"Kabar buruknya adalah COVID-19 mungkin tidak akan pernah hilang. Kabar baiknya adalah kemungkinan untuk bisa hidup normal dengannya di tengah-tengah kita," kata Menteri Perdagangan Singapura Gan KIm Yong, Menteri Keuangan Lawrence Wong, dan Menteri Kesehatan Ong Ye Kung.
"Kita dapat mengubah pandemi menjadi sesuatu yang tidak perlu mengancam, seperti influenza, penyakit pada tangan, kaki, dan mulut, atau cacar air, dan melanjutkan hidup kita," ujarnya.
Singapura menilai langkah ini dapat menjadi solusi bagi mereka yang ingin kembali hidup normal, termasuk membangkitkan bisnis wisata dan perjalanan.
Baca juga: Rahasia Higienitas dan Check In Hotel |
Selanjutnya: vaksinasi jadi solusi
(pin/ddn)