China baru saja mengalami banjir terparah dalam 1.000 tahun. Sebelumnya, Kalimantan pun mengalami cuaca ekstrem dan fenomena langka.
Ternyata ini semua berkaitan secara oseanografi. Widodo Setiyo Pranowo, peneliti Laboratorium Data Laut dan Pesisir, Pusat Riset Kelautan, Badan Riset dan SDM, KKP menjelaskan adanya kaitan antara China dan Kalimantan.
"Penyebab Banjir di China pada 21 Juli 2021, kemungkinan besar akibat kopling dari 2 siklon kuat yang mengeroyoknya, yakni Siklon Tropis Cempaka dan Siklon Tropis In-Fa," ucap Widodo kepada detikTravel.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Widodo melihat kejadian secara kronologis spasial dan temporal. Kemungkinan berhubungan erat dengan kejadian interaksi cuaca laut ekstrim yang berlangsung di Selat Karimata pada 13-14 Juli 2021.
"Pada 13 Juli 2021, beberapa kapal di perairan pesisir Kalbar mengalami kecelakaan laut kemudian tenggelam. Kemudian pada 14 Juli 2021, terjadi fenomena langka di mana ribuan teripang terdampar di pantai Sambas pasca kopling gelombang tinggi dengan kondisi muka laut menuju pasang yang diiringi oleh hujan dan petir," jelasnya.
![]() |
Hujan tersebut bahkan menyebabkan banjir di beberapa lokasi di Kalbar pada 15-21 Juli 2021. Genangan air sisa banjir tersebut pun diketahui belum surut.
Secara kronologis, maka pada bulan Juni hingga Agustus adalah musim di mana terjadinya angin monsun timur/tenggara. Angin monsun dikatakan tenggara karena ada angin yang bergerak dari arah Benua Australia menuju ke arah Barat-laut.
Angin tersebut ada yang menuju ke Laut Jawa yang kemudian berbelok ke Timur-laut setelah menyusuri Selat Karimata, lalu menuju ke Laut Natuna Utara yang kemudian menuju ke Laut China Selatan.
Angin dari arah Benua Australia juga ada yang bergerak melewati Laut Banda kemudian berbelok ke Utara melewati Selat Tolo, Selat Lifamatola dan Laut Maluku. Angin tersebut kemudian bergerak menyusuri tepi timur Kepulauan Mindanau Filipina, kemudian terus bergerak ke arah China dan Taiwan.
![]() |
"Selain mendapatkan angin monsun dari arah Indonesia, di sekitaran Kepulauan Mindanau, Taiwan, dan Guangzhou China, juga mendapatkan angin monsun timur yang arah datangnya dari Samudera Pasifik," katanya.
Dorongan angin dari timur yakni dari arah Samudera Pasifik. Kemudian bertemu dengan angin dari arah tenggara/selatan yakni dari Laut Sulawesi/Halmahera. Sehingga menyebabkan pusaran angin dengan arah berlawanan arah putaran jarum jam.
"Pusaran angin di timur Kepulauan Mindanau diduga terjadi mulai 15 Juli 2021. kemudian semakin bergerak ke utara menjadi sejajar dengan Taiwan disertai dengan semakin menguat intensitas pusarannya. Pada 20 Juli 2021, pusaran angin tersebut menjadi Siklon Tropis in-fa," ujar Widodo.
Simak Video "Video: Momen Bulan Purnama Mencapai Titik Terendah di Langit China"
[Gambas:Video 20detik]
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol