Pernah Padam, Kini Api Abadi Mrapen Membara Lagi

Manik Priyo Prabowo - detikTravel
Minggu, 08 Agu 2021 06:12 WIB
Api Abadi Mrapen di Grobogan, Jateng (Manik Priyo Prabowo/detikcom)
Grobogan -

Sempat padam total, kini Api Abadi Mrapen di Grobogan, Jawa Tengah kembali membara. Bahkan, nyalanya jauh lebih besar ketimbang tahun 2001.

Dalam pengamatan detikcom di lokasi wisata Api Abadi Mrapen--saat ini tutup karena pandemi COVID-19--Sabtu, (7/8/2021), api tetap membara dan tampak warna biru dan orange.

Saat diberi media kayu kering dengan ukuran diameter 0,5 cm, api langsung membakarnya hanya dengan hitungan dua detik.

Padahal, pada 21 tahun lalu, untuk membakar kertas saja sulit. Waktu itu, nyala api kecil.

"Iya kalau saya lihat apinya lebih besar ketimbang saat saya masih kecil dulu. Bisa jadi ini dikarenakan areanya dibangun ulang, sekarang dilapisi semen jadi api terpusat hanya di satu lubang," kata Annas Rofiqi, staf tenaga teknis Kegiatan Umum Api Abadi Mrapen kepada detikcom.

"Kalau dulu, 20 tahun lalu, sampai sebelum dibangun masih memakai batu. Jadi gas, panas udara, dan api bisa keluar melalui celah bebatuan yang ditumpuk," dia menambahkan.

Api Abadi Mrapen. (Manik Priyo Prabowo/detikcom)

Rofiqi, yang sejak kecil hidup di kawasan Api Abadi Mrapen itu, tahu betul perkembangan bara api di Api Abadi Mrapen. Dari membara besar, kecil, dan saat sempat padam total.

Menurut penjelasan dari tim ahli waktu itu, padamnya bara api di Api Abadi Mrapen dikarenakan adanya kebocoran gas di titik lain. Seperti, pengeboran air bawah tanah (ABT)

Oleh sebab itu, pemerintah Kabupaten Grobogan dan Provinsi Jawa Tengah melarang adanya pengeboran ABT di radius 1 km dari titik Api Abadi Mrapen.

"Jadi, waktu kecil saya lihat api dan merasakan panas itu hampir di semua celah batu. Sekarang, sudah satu titik lubang maka bisa melihat, merasakan, dan bahkan membakar benda mudah terbakar dengan cepat," dia menambahkan.

Bahkan, menurut ingatan Rofiqi, ada dua cerita kejadian heboh yang berhubungan dengan lubang mengeluarkan gas seperti Api Abadi Mrapen. Pertama pengeboran ABT di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Godong pada 1980. Meski tak membuat Api Abadi Mrapen padam, namun ternyata membuat pembangunan ponten di sekolah tersebut amblas.

"Bahkan, untuk menutup lubang yang amblas itu membutuhkan pasir 20 truk lebih," ujar Rofiqi.

Kedua, saat pengeboran ABT di tahun 2020. Meski tak membuat pembangunan amblas parah, namun peristiwa itu membuat Api Abadi Mrapen padam.

Untuk mencegah padamnya Api Abadi Mrapen, kini sudah ada aturan pengeboran ABT. Bahkan, guna memenuhi kebutuhan air di radius 1 km, warga bersama pemerintah membuat PAM Simas.




(pin/fem)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork