Di Kutub Utara ada Aurora Borealis. Sementara itu, di Kutub Selatan fenomena alam cahaya yang menari di langit malam dinamai Aurora Australis.
Aurora adalah fenomena alam yang menghasilkan cahaya menyala dan menari-nari di langit malam. Tak semua orang bisa melihatnya, karena fenomena ini hanya bisa dinikmati di negara yang jauh dari garis khatulistiwa. Itu pun tidak setiap malam muncul.
Perbedaan Australia Borealis dan Australis ada pada warnanya. Jika Borealis memesona dengan warna hijau, Aurora Australis sangat menggoda dengan cahaya hijau keunguan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dilansir dari Times of India, baru-baru ini Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) membagikan foto-foto Aurora Australis dari luar angkasa. Aurora Australis disebut sebagai Cahaya Selatan.
Bagi orang yang tinggal di bumi, fenomena ini jarang terlihat secara langsung. Dari luar angkasa pemandangan ini sangatlah indah.
Baca juga: Apakah Antartika Adalah Sebuah Negara? |
"Aurora Australis sangat spektakuler dalam pemandangan ini dari stasiun di atas Samudera Hindia di antara Asia dan Antartika," tulis ISS.
Aurora diambil dari nama Dewi Fajar Romawi. Keduanya dapat menghasilkan warna yang berbeda mulai dari merah muda, hijau, kuning, biru, ungi dan terkadang putih dan oranye.
Aurora Australis atau cahaya selatan yang berwarna kemerahan bisa dilihat di negara bagian selatan Bumi seperti Antartika, Amerika Selatan, Australia hingga New Zealand.
Sementara itu, Aurora Borealis biasanya muncul di belahan bumi utara seperti Finlandia, Islandia (Iceland), Skotlandia, Norwegia, Swedia dan Inggris di bagian Utara.
Aurora ternyata tidak hanya terjadi di bumi, planet lain pun mengalaminya. Planet yang memiliki atmosfer dan medan magnet, mereka memungkinkan memiliki aurora. Fenomena aurora yang indah pernah terjadi di planet Jupiter dan Saturnus.
Proses terjadinya sebaran cahaya seperti lampu-lampu yang indah di langit ini terjadi ketika atmosfer bumi berinteraksi dengan partikel yang dipancarkan oleh matahari.
Saat terdapat ledakan besar di permukaan matahari, miliaran partikel terlontar. Partikel yang terlontar memiliki kecepatan rambat mencapai 800 kilometer per detik. Partikel dari pancaran itu pun kemudian menumpuk di ionosfer, lapisan atmosfer yang mengandung ion. Sebagian dari ionosfer bertumpuk dengan magnetosfer atau medan magnet bumi.
Yang pada akhirnya, pertemuan antara medan magnet dengan partikel ionosfer menyimpan banyak partikel matahari. Dan menghasilkan cahaya berwarna hijau, biru merah muda dan ungu.
(bnl/fem)
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol