Pantai Karang Bolong di Anyer ditinggalkan wisatawan saat PPKM Level diberlakukan. Pedagang dan pelaku wisata di sana curhat kesulitan mendapatkan penghasilan.
Nasib Pantai Karang Bolong serupa dengan pantai-pantai lainnya di kawasan Anyer-Carita yang sepi dari kunjungan wisatawan. Pantai ini memang tetap buka selama PPKM berlaku namun tak banyak juga yang datang ke sana.
Dari pengamatan detikcom, hanya ada belasan orang yang datang ke Pantai Karang Bolong. Mereka umumnya datang untuk berfoto di ikon pantai itu yakni tebing besar dengan lubang di tengahnya. Kemudian, ada juga yang duduk-duduk menikmati pemandangan laut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Tak banyak juga pedagang yang berjualan di sana. Hanya ada satu kios penjual makanan dan minuman yang buka. Selain itu, ada pula yang berkeliling menyewakan tikar dan menjual ikan asin.
detikcom berkesempatan untuk berbincang dengan ibu penjual ikan asin bernama Rohayati. Wanita paruh baya ini menenteng tempayan berisi ikan-ikan asin yang dibungkus plastik. Ia mengatakan dagangannya masih utuh, belum laku sama sekali hari itu.
"Saya pengennya mah ramai lagi. Jangan kayak gini. Pengennya pantai dibuka lagi seperti dulu jadi bisa jualan buat kebutuhan anak sehari-hari tidak susah," katanya.
Rohayati mengatakan, sebelum pandemi COVID-19, ia dapat mengumpulkan uang Rp 500 ribu-Rp 1 juta ketika Pantai Karang Bolong ramai. Namun saat ini, kondisinya berbeda jauh.
"Sekarang mencari uang Rp 500 ribu susah. Paling hanya Rp 200 ribu-Rp 300 ribu. Susah sekarang, saya jualan seperti pengemis," ujarnya dengan suara parau.
Hal serupa juga diungkapkan penjaga pintu masuk Pantai Karang Bolong, Iping. Iping menuturkan, dahulu di masa libur Lebaran dan Natal serta Tahun Baru, pengunjung pantai ini dapat mencapai 1.000 orang per hari. Sekarang di masa pandemi, jumlahnya tak sampai puluhan.
"Kondisi Karang Bolong semenjak PPKM ini sepi. Sangat-sangat sepi. Kami pun merasa sangat sengsara dengan kondisi seperti ini," ujarnya.
![]() |
Dampak dari sepinya pantai adalah tak adanya pemasukan ke perusahaan pengelola pantai. Iping yang mengandalkan keuntungan dari pemasukan, akhirnya harus rela tak mendapatkannya.
"Perusahaan nggak ada pemasukan, mau bayar kita dari mana? Pengunjung sama sekali nggak ada," katanya.
"Kadang-kadang kita pulang bawa Rp 0. Pemasukan selama PPKM untuk makan di sini saja nggak cukup, apalagi yang masuk ke perusahaan," tuturnya.
Iping mewakili para pedagang dan pekerja di Pantai Karang Bolong berharap agar bencana COVID-19 segera usai. Sebab masyarakat desa di Anyer mayoritas mengandalkan pariwisata untuk bertahan hidup.
"Masa COVID-19 ini sangat susah untuk kami yang terutama orang-orang di kampung. Mudah-mudahan COVID-19 ini segera berlalu," kata dia.
(pin/fem)
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol