Harga Tes PCR Mahal Dikeluhkan Dunia Penerbangan, Dianggap Diskriminatif

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Harga Tes PCR Mahal Dikeluhkan Dunia Penerbangan, Dianggap Diskriminatif

Tim detikcom - detikTravel
Minggu, 15 Agu 2021 06:08 WIB
Sejumlah bandara menyediakan fasilitas rapid test antigen dan PCR. Di Bandara Soekarno Hatta, antrean warga yang akan rapid tes antigen mengular panjang.
Foto: Agung Pambudhy
Jakarta -

Desakan agar pemerintah menurunkan harga tes polymerase chain reaction (PCR) kian bermunculan, apalagi ada fakta harga tes PCR di India sangat jauh lebih terjangkau dibandingkan di Tanah Air.

Jika Pemerintah telah menentukan harga tes PCR Rp 900 ribu. Di India, harga tes serupa hanya berkisar Rp 90 hingga 100 ribu-an.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kalangan penerbangan pun mengkritisi soal harga tes swab PCR yang kadang lebih mahal dari harga tiket. Di tengah pandemi, hasil tes negatif COVID-19 kerap jadi syarat untuk bepergian. Hanya untuk dunia penerbangan, biaya lebih membengkak karena ada kewajiban untuk tes Swab PCR yang biayanya paling mahal.

Koordinator Sekber Serikat Karyawan PT Garuda Indonesia Tomy Tampatty mengatakan harga tes swab PCR yang tinggi menjadi salah satu pertimbangan para penumpang pesawat.

ADVERTISEMENT

Terlebih, ada beberapa rute penerbangan yang lebih murah dibanding harga tes swab PCR. Oleh karena itu, jumlah penumpang pesawat terus menurun.

"Hal ini menjadi salah satu penyebab menurunnya tingkat isian penumpang pesawat secara signifikan," ujar Tony dalam keterangan tertulis.

Lebih lanjut Tony mengungkapkan kebijakan tes PCR bagi penumpang pesawat adalah aturan diskriminatif. Pasalnya, berdasar Instruksi Menteri Dalam Negeri (Inmendagri) Nomor 27 Tahun 2021, diatur bahwa penumpang transportasi umum selain pesawat hanya diwajibkan membawa tes negatif antigen.

"Perlakuan ini terkesan ada diskriminasi, padahal sesungguhnya pengguna transportasi udara memiliki waktu tempuh yang jauh lebih singkat. Dan penumpang lebih nyaman karena kami telah menerapkan protokol kesehatan dan HEPA filter," sambung dia.

Oleh karena itu, Tonny meminta Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian untuk meninjau kembali aturan soal diwajibkannya penumpang pesawat untuk membawa tes negatif PCR.

Tomy meminta agar dokumen kesehatan yang dapat dibawa oleh penumpang pesawat adalah tes negatif antigen yang sampelnya diambil sehari sebelum keberangkatan.

Dia berharap pemerintah melibatkan pengamat penerbangan dalam membuat aturan penerbangan terutama terkait tes PCR. "Kami karyawan Garuda Indonesia siap membantu pemerintah jika dibutuhkan," kata Tomy.




(ddn/ddn)

Hide Ads