Malioboro Satu Pintu Buat Bus Pariwisata, Pengusaha Iri sama Kendaraan Pribadi

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Malioboro Satu Pintu Buat Bus Pariwisata, Pengusaha Iri sama Kendaraan Pribadi

Heri Susanto - detikTravel
Rabu, 18 Agu 2021 18:31 WIB
Suasana Terminal Giwangan, Selasa (28/4/2020)
Suasana Terminal Giwangan (Jauh Hari/detikcom)
Yogyakarta -

Pemerintah Kota Yogyakarta akan melakukan skrining terpusat terhadap bus pariwisata. Namun kebijakan ini menuai penolakan.

Organisasi Angkutan Darat (Organda) DIY keberatan rencana satu pintu bus pariwisata. Kata mereka, kebijakan ini berat sebelah.

"Kalau hanya bus pariwisata, ini kebijakan pilih kasih. Kenapa tidak semua, kendaraan pribadi juga," kata Ketua Organda DIY V Hantoro, saat rapat koordinasi (rakor) Pemkot Yogyakarta dengan pelaku pariwisata, Rabu (18/8/2021).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hantoro menjelaskan, kebijakan tersebut sangat mengancam eksistensi bus. Bahkan, bakal berdampak serius terhadap penggunaan bus untuk wisata ke Kota Yogyakarta, muncul keraguan.

"Berdasarkan SOP, kalau kalau pakai bus, biro perjalanan itu pasti mendata dan setiap perjalanan pasti direncanakan. Dengan jadwal yang tertata dan terpantau, apabila ada peserta yang terkena Covid-19, tracingnya mudah," katanya.

ADVERTISEMENT

Ia mengatakan, Organda sebenarnya mendukung rencana one gate system atau satu pintu di Terminal Giwangan. Tapi, hal tersebut tak bisa hanya untuk bus pariwisata saja. Kendaraan pribadi, juga harus mendapatkan skrining kartu vaksin dan surat negatif rapid antigen.

"Kita sudah tidak bekerja dari Maret, tapi kasus tetap tinggi. Berarti, itu bukan karena kita. Makanya, harus dievaluasi dari mana sumbernya. Jangan sampai yang jadi kambing hitam itu rombongan yang pakai bus," ujarnya.

Tak hanya soal kebijakan yang tak egaliter, Hantoro juga mempertanyakan teknis pemeriksaan di lapangan. Jika satu bus berisi 60 orang, pemeriksaan bisa memakan satu jam lebih.

"Tentu ini merugikan wisatawan itu sendiri. Mereka datang ke Yogya untuk wisata waktunya habis untuk pemeriksaan," katanya.

Selanjutnya, penjelasan pemerintah Yogyakarta>>>

Menanggapi hal tersebut, Wakil Wali Kota Yogyakarta Heroe Poerwadi menjelaskan, skema one gate system ini bukanlah tanpa pertimbangan. Pemkot telah mengantongi kajian sebagai sumber pedoman kebijakan satu pintu.

"Berdasarkan hasil evaluasi sebelum masa PPKM darurat lalu, mayoritas wisatawan yang kedapatan tidak menaati aturan pernyataan perjalanan luar daerah adalah penumpang bus. Ada 60 persen bus yang masuk (tempat khusus parkir) Abu Bakar Ali tidak memenuhi persyaratan prokes. Saya tidak bisa bilang semua. Makanya, itu tolong dicek lagi anggotanya yang masih melanggar," tegas Heroe.

Sedangkan, untuk kendaraan pribadi, kata Heroe, berdasarkan uji sampel yang dilakukan pemkot di beberapa tempat khusus parkir (TKP), lebih tertib.

"Kalau kendaraan pribadi, 80 persen sudah mematuhi syarat. Saya tidak bisa menyalahkan satu sama lain, karena yang pakai kendaraan pribadi juga dilakukan test secara acak, di Malioboro, objek wisata," imbuhnya.

Untuk mencegah terjadinya penularan, pemkot memutuskan harus ada konsentrasi khusus untuk menangani penumpang bus pariwisata. Sedangkan untuk kendaraan pribadi, tetap bakal dilakukan pengecekan oleh petugas di hotel tempat menginap dan lokasi parkir di destinasi tujuannya.

"Lagi pula kendaraan pribadi kan penumpangnya itu tidak banyak, empat atau enam orang saja, sehingga lebih mudah. Kalau bus kan jauh lebih banyak, jadi kita konsentrasikan di Giwangan," jelasnya.



Simak Video "Video: Suasana Kawasan Malioboro Ramai Pengunjung di Hari Kedua Lebaran"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads