Yang diangkat dari pasar wisata kuliner berkonsep tradisional itu adalah makanan seperti bubur srintil, sate kere, sega ambyar, soto, mendoan, serta jenis makanan lain termasuk sega oyek.
"Kenapa kami menamakannya sega ambyar, sebenarnya itu nasi uduk yang kami bungkus seperti tumpeng. Kalau dibuka lauk pauknya itu langsung ambyar dan langsung kita makan. Lalu bubur srintil itu asli bikinan dari Grumbul Kalipandan, Desa Gerduren, kalau sate kere dari dages, itu dibikin sate ditusuk dan di bakar tapi sebelumnya sudah diberi bumbu, jadi bukan daging tapi dages, di Banyumas ada itu menyeluruh, kalau di Yogyakarta itu namanya gembus itu kan ampas dari tahu," ucapnya.
Dari jenis makanan tradisional tersebut yang akhirnya diikutsertakan dalam ajang Trisakti Tourism Award. Namun hingga kini dirinya mengaku belum mendapatkan informasi lebih lanjut terkait pengumuman juara harapan tiga itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Yang kami unggah dan paling disoroti itu memang sega ambyar, bubur srintil dan sate kere. Untuk proses penilaian kami juga tidak tahu, tahu tahu ada pengumuman seperti itu, ini pun kami belum dihubungi karena yang mengadakan dari PDIP. Soalnya kontak saya hangus saat pengisian di linknya itu. Tapi kebetulan ada dua nomor, tidak tahu kalau sudah hubungi ke nomor teman saya, kami belum koordinasi," ucapnya.
Kembali ke proses ide pasar wisata kuliner tersebut. Setelah itu mereka berpikir bagaimana agar ada pengunjung, karena pengunjung yang berziarah ke makam Ragan Tali tidak datang setiap Minggu atau setiap bulan, namun pada bulan bulan tertentu. Makanya untuk meramaikan pasar wisata kuliner di sekitar lingkungan makam Ragan Tali pihaknya mengundang seluruh masyarakat sekitar.
![]() |
Termasuk mengundang teman teman Pokdarwis se Kabupaten Banyumas serta Kepala Dinporabudpar untuk melaunching pasar wisata kuliner tersebut.
Dengan menggunakan caping sebagai ciri khas para pedagang serta koin yang dibuat dari pohon cemara, dengan nilai tukar tiap koinnya seharga Rp 2.500, pasar wisata kuliner tersebut ramai pengunjung. Bahkan dalam sehari buka, hasil keseluruhan para pedagang bisa mencapai Rp 8 juta.
"Pendapatan signifikan tapi lumayan. Untuk pertama kali buka saja kalau tidak salah ada nominal dana masuk semuanya pendapatan itu Rp 8 juta. Tapi Rp 8 juta itu punya pedagang, sistemnya kami jual koin, Rp 2500 harga per jajanan, contoh sega ambyar harganya Rp 5 ribu harus kasih dua koin. Dari Rp 2.500 itu, yang Rp 500 untuk pengelola yang Rp 2 ribu kembali ke pedagang," jelasnya.
"Hasil dari Rp 500 itu ada yang kembali ke pedagang lagi sebenarnya, karena kami persentase dapet sekitar Rp 1,5 juta atau Rp 2 juta, itu kami belum ngambil apa apa. Dibagi untuk desa sekian persen, untuk operasional sekian persen, lalu untuk berbagi orang tidak mampu sekian persen, kami kumpulkan seperti itu," lanjut dia.
Dia mengaku jika semua yang dilakukan di pasar wisata kuliner tersebut semuanya dari nol. Pasar tersebut buka setiap hari Minggu pukul 07.00 WIB dan terus berjalan hingga beberapa pekan sampai akhirnya ada Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) untuk meminimalisir penyebaran virus Corona atau COVID-19.
Simak Video "Berfoto Menarik di Bawah Bunga Sakura di Banyumas, Jawa Tengah"
[Gambas:Video 20detik]
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol