Warganet: Nongkrong Rp 250 Ribu, Puncak Harusnya Bebas Warung

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Warganet: Nongkrong Rp 250 Ribu, Puncak Harusnya Bebas Warung

Ahmad Masaul Khoiri - detikTravel
Kamis, 09 Sep 2021 13:00 WIB
Bogor -

Beragam komentar diutarakan warganet menanggapi pedagang Puncak, Bogor, Jawa Barat yang menggetok harga. Salah satunya ada yang pernah nongkrong hanya sekitar satu jam dan sudah ditarik harga tak wajar.

Koordinator Pedagang Puncak Bogor, Dadang Sukendar, menganggap wajar harga yang dipatok tersebut. Wisatawan-lah yang seharusnya memahami pemberian harga yang terbilang tinggi itu.

"Standar, kemarin hasil musyawarah. Bapak bilang wajar kopi segelas Rp 100 ribu pun kalau warungnya dipakai nginep. Itu harus dipahami," ujar Dadang di warungnya, di kawasan Masjid Atta'Awun, Puncak, Bogor.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Begini kata netizen di forum komentar detikTravel:

"Walah ngeles aja, saya nongkrong cuma 1 jam aja harga esteh manis 20 ribu, indomie telor 30 rb , makan ber lima habis 250 ribu, gila lo jajanan kaki lima harga bintang lima," kata Okky Alexander.

ADVERTISEMENT

"Kapok. Saran jangan nongkrong di warung pinggir jalan Puncak mendingan naik ke atas cari cafe sekitar situ, lebih murah sudah ada harga menunya," imbuh dia.



"Solusi yang kasih tulisan: KOPI Rp 10,000.- (2 Jam), KOPI + NGINEP Rp 100,000.- (No Limit) ....😁," lanjut Putra memberi penyelesaian.

"Besok2 yang mau jalan2 kepuncak dan gak nginep mending bawa bekal dari rumah, bawa kopi dan termos supaya aman dari kang getok. hehheehe," timpal Yudhie.

Memang, sajian kuliner yang ada di warung-warung sekitar Puncak bukanlah makanan-minuman yang berbahan dasar mahal. Biasanya hanya menggunakan produk instan dan begini tanggapan netizen lainnya.

"Mahal ya kopi sobek 100 ribu," kata Surya.

"Ya kalau niatnya rekreasi, harus siap uang. Lagian kan bisa nanya kalau ga ada daftar harga. Simple, ga harus ribut. Jangan hanya posisikan sebagai pembeli tapi juga sebagai penjual. Harusnya memang ada daftar harga atau disclaimer. dan kalaupun ngga ada, pembeli harus pinter, NANYA," kata John Doe menengahi.

"Dari jaman dulu warung di puncak emang ga wajar kalo ngasih harga. Kadang singgah makan mie instan n teh manis aja nyaingin harga restoran," sahut Herman.

Baca Artikel Selanjutnya:

Bahkan ada netizen yang menginginkan penertiban bagi warung-warung yang ada di sekitar jalanan memasuki kebun teh di Puncak. Karena, keberadaan warung ini malah menghalangi pemandangan.

"Logika bengkok lagi yang dipakai. Seharusnya daerah Puncak itu bebas warung menurut saya. Kalau lihat pemandangan di kiri kanan bukannya menyegarkan tapi memuakkan. Sama saja kayak jalan di kota penuh warung yg sama sekali tidak tertata di tempat yg seharusnya hijau," terang optimuscream.

Beberapa waktu lalu ada netizen yang memprotes soal harga makanan di warung Puncak. Harga mi instan telur dihargai Rp 18.000 namun di bon yang diberikan kepada wisatawan, ditotal si pedagangnya jadi Rp 54.000.


Hide Ads