Ada sebuah desa tertinggi di lereng sisi barat Gunung Merbabu. Namanya Desa Ngaduman, yang merupakan akronim dari suasana desa yang adem dan aman.
Secara administratif, Ngaduman masuk di Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang. Desa dengan pemandangan elok ini terletak di lereng Gunung Merbabu. Dengan ketinggian sekitar 1.800 meter di atas permukaan laut. Dusun yang berpenghuni 70 keluarga atau sekitar 210 jiwa ini umumnya bermata pencarian sebagai petani.
Perjalanan menuju kesana bisa dimulai dari Terminal Magelang ke arah Kopeng. Kemudian sampai Batur, perjalanan beralih dengan jalur menanjak sekitar lima kilometer. Traveler akan disuguhi pemandangan areal persawahan dengan beragam tanaman sayur. Seperti brokoli, kentang, wortel dan tomat. Bunga wortel yang tumbuh liar di pamatang sawah, semakin menambah indah pemandangan pegunungan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Mayoritas penduduk desa penghasil kentang ini beragama Kristen. Baru sekitar tahun 2010 lalu, bermukim dua warga baru dari Bantul dan Cepu yang beragama Islam. Menurut sesepuh desa, Sutoyo, hal ini tak terpisahkan dari sejarah lahirnya Desa Ngaduman.
"Dulu awal babat desa ini hanyalah sepasang suami istri dan saudara mereka. Dari cerita nenek saya, mereka bertiga dulu tinggal di Desa Selo yang wilayahnya berbatu-batu. Lalu mereka membuka lahan untuk mendekati sumber air disini," tutur kakek berusia 79 tahun ini kepada detikcom, Minggu (26/9/2021).
Dari dua rumah, selang beberapa tahun kemudian datang tiga pasang penghuni baru sehingga terbangun lima rumah. Lalu datang lagi empat pasang warga baru hingga penduduk desa itu menempati sembilan rumah.
Menurut Sutoyo, anak-anak antar keluarga itu kemudian menikah, hingga sekarang jodoh warga di Ngaduman biasanya tetangga sendiri atau masih ada hubungan kerabat dekat.
Desa yang dikenal traveler dengan trak downhill salip putih yang keren ini dikenal aman dan tentram. Seperti namanya ' Ngaduman' merupakan akronim dari adem dan aman. Sutoyo mengakui, desanya tidak pernah ada aksi pencurian atau tindakan kriminalitas lainnya. Hubungan kekerabatan yang erat membuat warganya saling menjaga dan mengingatkan antar satu keluarga dengan keluarga lainnya.
"Ngaduman itu karena disini adem dan aman. Kalau desa tetangga mulai marak pencurian. Biasanya setelah musim panen. Kami disini berjaga. Dari malam sampai pagi, gantian giliran jaga di pintu masuk desa. Kalaupun ada pencuri yang masuk atau lari kesini, mereka gak akan bisa kabur. Wong disini desa terakhir, jalannya buntu ke arah Merbabu," bebernya sambil terkekeh.
Saking amannya, beberapa target operasi pembersihan anggota PKI "berlari" menuju Ngaduman, agar nyawanya tak dihilangkan. Apalagi, mereka yang namanya masuk daftar hitam, namun merasa tak pernah mengikuti aktifitas partai berhaluan kiri ini.
"Kalau di luar sana nyawanya banyak yang hilang. Banyak teman-teman atau saudara yang masuk daftarnya PKI itu ke sini. Mereka sembunyi, karena gak merasa jadi PKI, tiba-tiba ada yang bilang namanya masuk daftar yang dihilangkan. Lokasi aman sembunyi itu ya kesini," ungkapnya.
Ngaduman adalah desa yang mereprentasikan rasa cinta. Warga desa itu sangat ramah dan menyambut baik semua tamu yang datang. Pintu semua rumah, terbuka lebar bagi tamu yang ingin menginap. Mereka akan menyapa dan mengundang datang ke rumah mereka, dengan segala makanan yang siap dihidangkan.
"Kabur sebentar dari aktifitas kantor, paling tepat ke Ngaduman. Desa yang selalu tertutup kabut lembut. Suhu dingin. Namun suasana hangat tercipta dari ramah dan akrabnya warga kepada semua yang datang," aku Lia, traveler asal Surabaya.
Simak Video "Pendakian ke Merbabu Dibuka Lagi Desember Setelah Tutup Akibat Kebakaran"
[Gambas:Video 20detik]
(pin/pin)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum