Taman Wisata dan Cagar Alam Pananjung merupakan salah satu daya tarik wisata di kawasan pantai Pangandaran. Tetapi, kini jumlah wisatawan tidak seberapa.
Kawasan hutan semenanjung ini sempat menjadi primadona, ramai dikunjungi wisatawan lokal dan mancanegara.
"Cagar alam seperti kehilangan pamor, tak seperti dulu. Dulu wisatawan Pantai Pangandaran pasti menyempatkan menikmati keindahan cagar alam. Tentu ini menjadi indikasi adanya permasalahan dalam pengelolaannya," kata tokoh masyarakat sekitar cagar alam sekaligus Ketua DPRD Kabupaten Pangandaran Asep Noordin, Jumat (26/11/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia menjelaskan Cagar Alam Pananjung memiliki keindahan yang luar biasa, dengan hutan tropis berada di semenanjung pantai. Dua keindahan hutan dan laut menjadi satu. Selain itu, keragaman vegetasi dan satwa juga menjadi penambah daya tarik.
"Keindahannya tak berubah, tapi mengapa tak semenarik dulu. Tentu ini menjadi pertanyaan yang harus dicari masalahnya," kata Asep.
Asep mengatakan bahwa ada dua instansi yang berwenang mengelola kawasan tersebut, yaitu Perhutani dan BKSDA. Perhutani mengurus taman wisata alam sedangkan BKSDA mengurusi cagar alam atau kawasan yang dilindunginya.
Rusa Mulai Senangi Sisa Makanan Wisatawan, Monyet Jadi Agresif
Dia mengatakan salah satu persoalan yang mengganggu adalah perubahan prilaku hewan, seperti rusa dan monyet. Rusa menjadi suka makanan sisa manusia dan sering keluar kawasan. Begitu pula monyet, bahkan lebih agresif dan terkadang malah mengganggu wisatawan.
"Masalah rusa itu kan karena tidak adanya pagar pembatas atau pagar bambu yang ada sekarang sudah rusak. Sehingga, rusa sering kabur. Ironisnya, ternyata petugas BKSDA tidak memiliki mobil operasional untuk evakuasi dan kepentingan lainnya," kata Asep.
Dia pun menyarankan dibuat pagar berupa tumpukan batu yang sekaligus berfungsi sebagai pemecah ombak baik di bagian pantai barat maupun pantai timur.
"Hal lain yang menurut saya mempengaruhi adalah penataan taman wisata yang kurang sentuhan alami. Kan jadi rancu ketika sebuah taman wisata alam tapi gazebonya terbuat dari baja ringan, idealnya kan gaya arsitektur alami. Kemudian, promosi juga kurang, jadi tak heran kalau pesonanya redup di mata wisatawan," kata Asep.
Namun demikian, Asep juga mengakui bahwa jauhnya rentang kendali pengelola, yaitu Perhutani dan BKSDA, terkadang menjadi persoalan. Oleh karena itu, dia menyarankan agar Pemkab Pangandaran, Jawa Barat menjajaki untuk melibatkan diri dalam pengelolaanya Cagar Alam Pananjung tersebut.
"Izin pengusahaan pariwisata alam Pananjung itu habis pada 2026 mendatang. Nah sebenarnya ada peluang bagi Pemkab bahkan swasta untuk mengambil alih penataan taman wisata alam tersebut. Harapannya tentu saja agar potensi taman wisata alam dan cagar alam Pananjung Pangandaran bisa dimaksimalkan," kata Asep.
(fem/fem)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum