Mengenal Masyarakat Tamblingan yang Sangat Memuliakan Air

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Mengenal Masyarakat Tamblingan yang Sangat Memuliakan Air

Putu Intan - detikTravel
Sabtu, 04 Des 2021 08:42 WIB
Pendayung perahu di Danau Tamblingan, Bali
Danau Tamblingan. Foto: Melissa Bonauli/detikTravel
Singaraja -

Masyarakat yang hidup di sekitar Danau Tamblingan begitu menghargai air. Mereka juga menjadikan danau dan hutan di sekitarnya sebagai kawasan suci.

Danau Tamblingan merupakan salah satu danau terkenal di Bali dan menjadi danau penting bagi masyarakat di empat desa di sekitarnya. Keempat desa itu adalah Desa Munduk, Desa Goblek, Desa Gesing dan Desa Umajero.

Keempat desa ini tergabung dalam Masyarakat Adat Dalam Tamblingan yang memiliki ikatan kuat dengan danau dan hutan di sekitarnya yang bernama Hutan Mertajati. Hutan Mertajati seluas 1.312 hektar merupakan sumber kehidupan bagi masyarakat di sana.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hal itu dijelaskan tokoh masyarakat di sana yakni Putu Ardana yang detikcom temui dalam Ekspedisi 3.000 Kilometer bersama Wuling pada Oktober lalu. Putu mengatakan, Danau Tamblingan dan Hutan Mertajati harus dijaga karena dari sanalah pasokan air berasal.

Bali menjadi destinasi favorit para traveler yang ingin mengistirahatkan jiwa dari kepenatan. Salah satu tempat yang bisa dikunjungi adalah Danau Tamblingan.Danau Tamblingan. Foto: Rifkianto Nugroho

Pasokan air ini tak hanya digunakan oleh keempat desa tadi. Tetapi, pasokan air ini dibutuhkan untuk memenuhi sepertiga kebutuhan air di Pulau Bali.

ADVERTISEMENT

Keputusan untuk menjadikan Danau Tamblingan dan Hutan Mertajati sebagai kawasan suci juga tak terlepas dari kepercayaan masyarakat di sana. Putu menjelaskan, dengan menjaga kawasan itu, mereka juga turut menjaga harmoni dari ekosistem.

"Hutan Mertajati dan Danau Tamblingan sebagai kawasan suci karena masyarakat kami adalah masyarakat yang memuliakan air dan selalu menjaga harmoni dengan alam dengan konsep dasar berupa keimanan yang disebut Piagam Gama Tirta," kata Putu.

Bali menjadi destinasi favorit para traveler yang ingin mengistirahatkan jiwa dari kepenatan. Salah satu tempat yang bisa dikunjungi adalah Danau Tamblingan.Danau Tamblingan. Foto: Rifkianto Nugroho

Berbagai upaya dilakukan masyarakat Tamblingan untuk menjaga kesucian kedua tempat itu. Mulai dari mengadakan berbagai upacara di Danau Tamblingan, menanam kopi untuk mencegah longsor, hingga berusaha menjadikan Hutan Mertajati sebagai hutan adat.

Putu bercerita, masyarakat Tamblingan sudah menjaga Hutan Mertajati selama ratusan tahun karena pepohonan di sana turut membantu menyediakan pasokan air yang digunakan untuk pertanian. Masyarakat bahkan rela memindahkan permukiman yang semula berada di kawasan Danau Tamblingan supaya kawasan itu terjaga keasriannya.

"Bagi kami, itu hutan suci kami. Sejak abad ke-13 kami bergeser ke sini, karena kawasan itu suci. Tapi sejak kemerdekaan, hutan itu dijadikan hutan negara," ujar Putu.

Uniknya Kopi Blue Tamblingan Beraroma Manis Cempedak Khas Desa MunduTokoh Masyarakat Desa Adat Tamblingan, Putu Ardana. Foto: detikcom/Rifkianto Nugroho

Putu sebenarnya tidak masalah dengan status hutan negara yang disematkan pada Hutan Mertajati. Hanya saja pada kenyataannya, hutan yang seharusnya dijaga negara itu justru dieksploitasi.

"Faktanya terjadi pembalakan liar dan perburuan liar. Hutannya terdegradasi cukup signifikan dan kita tidak punya legal standing untuk bertindak. Kita kan hanya bisa lapor ada pencurian kayu ke Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA). Laporan diterima tapi hampir tidak ada yang ditindaklanjuti," ujarnya.

Karena itu, ia bersama masyarakat Tamblingan berjuang untuk mendaftarkan Hutan Mertajati sebagai hutan adat ke Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Perjuangan ini melibatkan anak-anak muda di empat desa. Mereka bertugas melakukan pemetaan partisipatif, mulai dari memetakan secara spasial, sosial budaya, hingga nilai ekonomisnya.




(pin/fem)

Hide Ads