Desa Ranupani, Gunung Semeru, dan Tanah Larangan

Ahmad Masaul Khoiri - detikTravel
Senin, 06 Des 2021 21:05 WIB
Gerbang pendataan pendaki di Resort Ranupani Gunung Semeru (Foto: Ahmad Masaul Khoiri/detikcom)
Lumajang -

Gunung Semeru menjadi perhatian belakangan ini karena aktivitas erupsi. Bagi pendaki, hanya satu pintu untuk menggapai puncaknya, yakni melalui Desa Ranupani/Ranupane.

Dalam kejadian erupsi Gunung Semeru terbaru, kampung pendaki, Desa Ranupani, Kecamatan Senduro di Kabupaten Lumajang ini tidaklah terdampak. Kejadian ini membuat jalur pendakian nggak akan dibuka lagi sampai benar-benar aman.

Dalam unggahan terbaru akun Saverindo, kumpulan relawan Gunung Semeru di basecamp Desa Ranupani, Suku Tengger menyebut pegunungan sekitar Bromo-Semeru adalah Tanah Hila-hila.

"Yang kalau diartikan dalam Bahasa Indonesia adalah Tanah Larangan, tapi bukan berarti tidak boleh masuk, melainkan tidak boleh sembarangan," kata Saverindo.

"Melakukan prosesi ritual adat dan menjaga perilaku selama pendakian baik kepada alamnya maupun kepada penghuninya adalah bentuk penghormatan kita," terang dia.

Jalan ke Desa Ranupani (Foto: Ahmad Masaul Khoiri/detikcom)

Tentang Desa Ranupani

Pagi itu, mungkin sekitar pukul 09.00 WIB di Desa Ranupani, dua tahun yang lalu. Hawa dingin dan keadaan amat lengang masih menyelimuti titik awal pendakian Gunung Semeru.

Kala itu pendakian Gunung Semeru dibuka 12 Mei 2019. Erupsi dan kebakaran membuat gunung ini sering ditutup, di samping penutupan berkala saat musim penghujan tiba.

Gerbang pendakian ke Gunung Semeru masih belum dibuka, Desa Ranupani sepi dan sejuk. Hanya ada warga lokal yang hilir mudik, berjalan dari sawahnya atau sedang ke ladang.

Resort Ranupani pun masih tutup di waktu pagi saat saya berkeliling desa itu. Resort Ranupani adalah tempat segala perizinan pendakian bermula.

Namun, saat ini, sudah ada booking online yang memudahkan pendaki luar kota untuk mendaki atau tak perlu membeli tiket di basecamp.

Desa Ranupani (Foto: Ahmad Masaul Khoiri/detikcom)

Dihimpun detikcom, Jumat (10/5/2019) kala itu, Gunung Semeru akan dibuka kembali dengan berbagai pertimbangan. Gunung ini telah ditutup sejak 26 Desember 2018 lalu atau sekitar 5 bulan penutupan.

Gunung Semeru jadi primadona para pendaki karena memiliki begitu banyak spot cantik. Satu yang paling dicari pendaki, merupakan gunung tertinggi di Pulau Jawa, lainnya ada Ranu Kumbolo.

Mundur ke tahun lalu, di 2018, ketika keran pendakian dibuka, basecamp di Desa Ranupani penuh pendaki. Minat mendaki Gunung Semeru masih sangat tinggi dari tahun ke tahun, terutama diawali oleh pengaruh film 5 cm.

Selama pendakian Gunung Semeru ditutup, wisatawan bisa mengunjungi kawasan Gunung Bromo dengan sajian lanskap Pasir Berbisik hingga Bukit Teletubbies.

Jika Anda seperti penulis, tak ada salahnya berkunjung ke Desa Ranupani. Hanya 15 menit perjalanan dari jalan bercabang (kalau berangkat dari Tumpang), satu menuju ke Gunung Bromo dan jika lurus ke Desa Ranupani.

Gerbang pendakian Gunung Semeru di Desa Ranupani, Lumajang (Foto: Ahmad Masaul Khoiri/detikcom)

Tak menyesal, karena begitu cantik sepanjang perjalanan ke Desa Ranupani. Di tengah-tengah perjalanan sempatkanlah berhenti sejenak, fotolah beberapa spot, seperti Pasir Berbisik dan Bukit Teletubbies dari ketinggian. Cantik!

Sampai di Desa Ranupani lihatlah ke kiri. Di situ ada danau Ranupani. Danau ini adalah satu dari tiga danau terkemuka di sana.

Biaya masuk ke area TNBTS (Taman Nasional Bromo Tengger Semeru):

1. Tiket masuk TNBTS Rp 30 ribu termasuk ke Penanjakan dan sunrise point lainnya
2. Tiket masuk ke Seruni Point Rp 10 ribu (*dikelola oleh warga lokal)
4. Tiket masuk pendaki ke Gunung Semeru cukup memperlihatkan formulir simaksi di Gerbang Trisula (*belum termasuk parkir)
5. Tiket masuk mobil sekali masuk Rp 10 ribu (*peraturan tahun 2016)
6. Tiket masuk motor sekali masuk Rp 5.000.



Simak Video "Video: Pendakian ke Gunung Semeru Kembali Dibuka, Para Pendaki Antusias"

(msl/ddn)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork