Pariwisata menjadi salah satu industri yang terdampak paling hebat oleh pandemi COVID-19. Hal ini pula yang terjadi pada Wisata Kampung Batik Laweyan di Surakarta.
Salah satu pembatik di Kampung Batik Laweyan, Gusniati bercerita mengenai kondisi kampungnya yang sepi selama masa pandemi. Berbeda dengan biasanya, pembatik gerai Batik Merah Manis itu mengaku tidak bekerja penuh waktu dalam seminggu.
"Saat pandemi usaha batik sepi. Bekerja hanya 3 hari," ujarnya dalam keterangan tertulis seperti diterima detikTravel, Jumat (21/1/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal yang sama juga dirasakan oleh Eko, karyawan di Batik Mahkota. Sebelum pandemi, tempatnya bekerja sering kedatangan pelajar dan mahasiswa magang. Namun ,selama pandemi COVID-19 tokonya terpaksa menutup program tersebut.
"Kami tidak menerima magang selama pandemi," tuturnya.
Namun sejak akhir 2021, seiring dengan menurunnya kasus COVID-19 dan kembali dibukanya pintu pariwisata, keadaan Kampung Batik Laweyan diakui mulai berangsur membaik.
Eko mengatakan saat ini mereka mulai kembali membuka program magang. Hal tersebut pun disambut baik oleh sekolah kejuruan dan perguruan tinggi.
"Kami baru membuka kembali magang. Sekarang ada 10 mahasiswa dan 3 pelajar magang di sini," ucapnya.
Begitu pula dengan Batik Merak Manis. Gusniati menilai Kampung Batik Laweyan sudah ramai. Dia juga mengatakan tokonya bisa mencapai puncak keramaian menjelang bulan Ramadhan.
"Sudah ramai. Pasti lebih ramai lagi kalau menuju Lebaran," ungkapnya.
Dalam kunjungannya ke Solo, Ketua DPR RI Puan Maharani menyempatkan diri meninjau toko-toko pengrajin batik yang ada di Laweyan. Ia mengunjungi sejumlah gerai pengrajin batik seperti Batik Merak Manis, Pandono Batik Abstrak dan Batik Putra Bengawan.
(fhs/ddn)
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol
Tragedi Juliana di Rinjani, Pakar Brasil Soroti Lambatnya Proses Penyelamatan