Viral! Ada 'Hujan Duit' di Pekalongan

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Viral! Ada 'Hujan Duit' di Pekalongan

bonauli - detikTravel
Minggu, 13 Mar 2022 13:24 WIB
Video warga berebut hujan uang.
Tradisi Udik-udikan di Pekalongan (Tangkapan layar video viral)
Kabupaten Pekalongan -

Video 'hujan duit' sempat viral di sosial media. Diketahui video tersebut terjadi di Pekalongan.

'Hujan duit' tersebut diadakan oleh pengusaha kaya di Desa Pakumbulan, Kecamatan Buaran. Dalam acara itu, tuan rumah menyebar uang pecahan seratus ribu dan lima puluh ribuan, saat acara 'Munggah Molo' atau menaikan atap rumah baru.

Pemerhati budaya di Pekalongan yang juga Sekdin Kominfo Kabupaten Pekalongan, Muhammad Edi Yuliantoni, mengungkap tradisi udik-udikan saat ini sudah jarang ditemui. Dia mengungkap tradisi udik-udikan berbentuk saweran atau berbagi rezeki dengan orang lain yang sudah ada sejak lama.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dari cerita turun-temurun, cerita udik-udikan telah ada sejak kolonial Belanda. Tidak tahu juga sebelum masa itu. Bahkan, cerita udik-udikan juga ada yang mengatakan diadopsi dari kebiasaan Belanda dan China," kata Edi Yuliantoni yang akrab di panggil Edi Van Keling ini kepada detikJateng, Sabtu (12/3/2022).

Edi yang juga merupakan salah satu penulis buku Babad Pekalongan ini, menjelaskan belum ada penelitian terkait asal mula tradisi udik-udikan.

ADVERTISEMENT

"Pada masa sebelum Jepang (era Kolonial Belanda) sinyo-sinyo Belanda kalau sedang bersuka-ria sering bagi uang di jalanan, dengan cara lempar koin pada kerumunan orang pribumi. Tentunya orang-orang berebut untuk mendapatkannya," kata Edi Keling.

Biasanya orang-orang Belanda saat itu membagikan uang untuk merayakan momen ulang tahun, kenaikan kelas, atau syukuran atas kemenangan.

"Bahkan pada Ulang Tahun Ratu Netherlands pun orang-orang Belanda merayakannya antara lain dengan sebar-sebar uang di jalan," jelasnya.

Udik-udikan sendiri muncul kembali pada tahun 1950-an. Namun uang yang lempar berupa koin dicampur dengan kunir dan diwadahi bokor.

Biasanya tradisi ini dilaksanakan saat momen cukur bayi, 'dun-dunan' (pertama anak menginjak kaki), membangun rumah, dan pernikahan. Orang yang mempunyai hajatan, biasanya memanggil tetangga, sanak saudara dan kenalan untuk memeriahkan acara itu.

"Biasanya sebelumnya ada semacam pengumuman, sehingga akumulasi massa juga banyak. Orang berebut uang cenderung untuk having fun, sekedar bersenang-senang, tidak maksud melecehkan atau apa-apa. Ya hanya bersenang-senang," jelasnya.




(bnl/bnl)

Hide Ads