Stasiun penelitian di Antartika melaporkan suhu di atas normal yang membuat cuaca luar biasa lebih hangat dari biasanya. Hal ini membuat para ilmuwan terkejut.
Diberitakan CNN, seperti ditulis Selasa (29/3/2022) suhu di stasiun penelitian Concordia di atas Dome C, dataran tinggi Antartika dikenal sebagai tempat terdingin di dunia, dilaporkan naik hingga minus 11,5 celcius.
Padahal temperatur normal di daerah tersebut biasanya mencapai - (minus) 49 derajat celcius. Itu berarti kenaikan suhu di tanggal 18 Maret 2022 itu lebih tinggi sebesar 38 derajat dari suhu normalnya. Apabila Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) benar-benar mencatat metrik khusus ini, para ilmuwan mengungkapkan kemungkinan kenaikan suhu menjadi rekor dunia.
"(Ini) tampaknya telah menetapkan rekor dunia baru untuk kenaikan suhu terbesar di atas normal... yang pernah diukur di stasiun cuaca yang mapan," kata Ilmuwan utama di Berkeley Earth dalam kiriman twitter.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, seorang profesor ilmu geografi di Arizona State University dan pelapor untuk catatan ekstrem Organisasi Meteorologi Dunia, Randall Cervery mengatakan bahwa rekor semacam ini, seberapa kenaikan suhu atau penurunannya bukanlah sesuatu yang dilacak oleh WMO. Meski demikian, Cervery mengakui penelitian ini sah saja.
"Segala sesuatu yang saya pribadi telah lihat tentang pengamatan Dome C menunjukkan bahwa itu adalah pengamatan yang sah," kata Cervery kepada CNN.
Kenaikan suhu semacam ini tak pernah terdengar di bagian Antartika. Meski begitu, suhu di Concordia memang menjadi rekor tak hanya di bulan Maret.
Kendati demikian, kenaikan suhu tak hanya terjadi di Concordia, tapi juga di tempat yang terkenal dengan pencatatan suhu tertinggi di dunia. Tempat itu adalah Vostok, basis penelitian di Antartika milik Rusia.
Vostok mencatat suhu tinggi nol derajat Fahrenheit atau kenaikan suhu 63 derajat lebih hangat dari pada rata-rata di hari itu.
Penyebab Kenaikan Suhu
Menurut Cervery, kenaikan suhu tersebut disebabkan oleh adanya arus lembab dari sungai atmosfer. Badai menarik sejumlah besar uap air laut ke daratan.
Ada juga instrusi udara yang sangat panas, yang jarang terjadi sepanjang tahun ini ke dataran tinggi Antartika. Kedatangan uap air atau kelembapan ini kemudian menjebak udara panas yang memungkinkan suhu melonjak di Antartika Timur.
Menurut seorang peneliti di British Antarctic Survey, John King, ada kemungkinan bahwa bahan-bahan atmosfer ini sudah berkumpul sebelum ada manusia yang merekamnya.
Kehangatan ekstrem di Antartika ini menimbulkan kekhawatiran tentang efek jangka panjang pada es, terutama jika terus berlanjut. Lapisan es di Antartika seukuran hampir Los Angeles bisa hancur dalam beberapa hari dengan kehangatan yang luar biasa.
Namun, peneliti tersebut mencatat dampak dari kenaikan suhu tersebut selalu kecil.
"Meskipun jika di masa depan peristiwa seperti itu menjadi lebih umum, akan ada dampak signifikan," kata King.
(elk/ddn)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol