Seorang wanita Jepang yang berpredikat sebagai manusia tertua di dunia, Kane Tanaka, meninggal dunia pada usia 119. Itu hanya beberapa bulan sebelum ulang tahunnya ke-120.
Dikutip dari AP, Kamis (28/4/2022), Tanaka meninggal dunia karena usia tua pada 19 April di sebuah rumah sakit di Fukuoka. Itu merupakan kampung halamannya di Jepang selatan yang sekaligus tempat dia menghabiskan seluruh hidupnya.
Tanaka, yang pernah tinggal di panti jompo, baru keluar masuk rumah sakit baru-baru ini. Lahir pada 2 Januari 1903, Tanaka disertifikasi oleh Guinness World Records sebagai manusia tertua yang hidup pada tahun 2019. Saat itu usianya 116 tahun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam kesempatan media, dia mengatakan dia masih menikmati hidup dan berharap untuk hidup sampai 120 tahun. Saat itu dia bilang memiliki hobi bermain Othello serta menyukai coklat dan minuman bersoda.
Gubernur Fukuoka Seitaro Hattori terkejut dan menyatakan belasungkawa mendalam kepada keluarga Tanaka. Dengan meninggalnya Tanaka, Seitaro gagal mewujudkan rencana untuk merayakan Hari Penghormatan terhadap Lansia akhir tahun ini dengan minuman coklat dan bersoda. Selama dua tahun ini, acara dihapus karena pandemi.
"Saya hanya bisa melihatnya dalam foto yang menunjukkan dia dengan karangan bunga dan memberi tanda peace, di sisi lain Tanaka membuat saya senang," kata Hattori.
"Dia memberi orang-orang harapan untuk umur panjang yang sehat," dia menambahkan.
Menurut The Gerontology Research Group dengan meninggalnya Tanaka, predikat manusia tertua di dunia sekarang adalah Lucile Randon. Dia seorang biarawati Prancis yang dikenal sebagai Suster Andre, berusia 118 tahun.
Sementara itu, Kementerian Kesehatan Jepang menyebut pemegang rekor baru manusia tertua di negeri sakura adalah seorang wanita berusia 115 tahun Fusa Tatsumi, dari Osaka.
Kemenkes Jepang juga mencatat memiliki 86.510 centenarian, 90% di antaranya adalah wanita.
(fem/fem)
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol
Tragedi Juliana di Rinjani, Pakar Brasil Soroti Lambatnya Proses Penyelamatan