UNESCO: Tidak Perlu Batasi Pengunjung ke Candi Borobudur, tapi....

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

UNESCO: Tidak Perlu Batasi Pengunjung ke Candi Borobudur, tapi....

Eko Susanto - detikTravel
Sabtu, 18 Jun 2022 12:05 WIB
17 June 2022, Indonesia, Yogyakarta: German President Frank-Walter Steinmeier will be guided through the Borobudur temple complex. The approximately 1200-year-old step-shaped temple is considered the most important Buddhist building on Java and the largest Buddhist temple in the world. It has been a Unesco World Heritage Site since 1991. President Steinmeier is on a two-day visit to Indonesia. He was previously in Singapore for two days. Photo: Bernd von Jutrczenka/dpa (Photo by Bernd von Jutrczenka/picture alliance via Getty Images)
Presiden Jerman Frank-Walter Steinmeier saat mengunjungi Candi Borobudur ( dpa/picture alliance via Getty I/picture alliance)
Jakarta -

Dalam kunjungannya ke Candi Borobudur, menurut UNESCO tidak perlu membatasi jumlah pengunjung. Melainkan memperkuat manajemen situs.

Pemerintah berencana menerapkan kuota untuk membatasi pengunjung yang naik ke Candi Borobudur. Kebijakan tersebut menjadi salah satu upaya pelestarian bangunan bersejarah itu.

Namun, The United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) memberikan saran yang berbeda. Mereka menyebut kunjungan ke Candi Borobudur tidak perlu dibatasi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kami tidak mengatakan untuk mengurangi (jumlah pengunjung), tapi mengatur dan mengawasi bagaimana pelaksanaanya. Ini cara pandang yang berbeda untuk mengatur jumlah pengunjung yang datang," kata Director UNESCO Office Jakarta Mohamed Djelid kepada wartawan usai menerima Presiden Jerman Frank-Walter Steinmeier di Kantor Balai Konservasi Borobudur, Jumat (17/6/2022).

"Idenya adalah tidak untuk menghentikan kunjungan. Sebaliknya kami mengundang orang untuk datang dan menikmati, tapi kita juga penting melindungi situs," kata dia menambahkan.

ADVERTISEMENT

Menurut dia, para pengunjung perlu mendapat kesempatan untuk menikmati keberadaan warisan budaya dunia itu. Pihaknya tidak menyarankan pembatasan melainkan lebih sepakat dengan adanya manajemen situs.

"Kami tidak pernah berbicara tentang pembatasan, kami berbicara tentang manajemen situs. Bagaimana mengatur situs dan semua orang (yang datang) bisa menikmatinya. Kami tahu ini tidak mudah, tapi ini akan mendatangkan keuntungan untuk Indonesia dan komunitas sekitar. Ini sama seperti apa yang akan kamu lakukan pada rumah atau apartemenmu. Kamu harus mengatur orang yang datang ke apartemenmu," ujar dia.

Selain bisa dinikmati oleh para pengunjung, lanjutnya, pihaknya berharap Borobudur juga bisa memberi manfaat bagi warga yang berada di sekitar candi. Dia menyebut masyarakat menjadi bagian dari bangunan kuno bersejarah itu.

"Kemudian situs ini juga harus memberikan keuntungan untuk komunitas (warga) di sekitar Candi Borobudur. Komunitas menjadi bagian dari situs, menjadi bagian dari monumen. Mereka yang hidup dan menghidupi monumen," katanya.

Meski demikian, dia menegaskan apa yang disampaikan merupakan sebuah saran. Sedangkan keputusannya berada di tangan pemerintah Indonesia.

"ini sepenuhnya menjadi otoritas negara Indonesia. UNESCO hanya memberikan masukan untuk membantu, bukan untuk mengambil keputusan (intervensi) tentang situs," kata dia.

---

Artikel ini telah tayang di detikJateng.




(sym/sym)

Hide Ads