Pemilik dan pengelola objek wisata penangkaran buaya di Phuket yang terpaksa tutup selama pandemi disorot. Mereka diduga membiarkan buaya-buaya di sana kelaparan dan saling memakan.
Penangkaran buaya itu adalah Phuket Crocodile World di Chao Fa West Rd, Chalong, Phuket, Thailand. Tempat itu resmi sebagai penangkaran buaya dan terdaftar di Dinas Perikanan Phuket pada tujuh tahun lalu. Saat dibangun, penangkaran itu didiami 32 ekor buaya.
"Kini, ada 28 ekor buaya dan tidak ada yang sakit. Kita bisa melihat mereka tidak kurus," kata Sittipon Muangsong dari Dinas Perikanan Phuket, yang memeriksa tempat itu, dan dikutip The Phuket News, Sabtu (9/7/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penangkaran itu menjadi viral di TikTok setelah muncul dugaan buaya ditelantarkan. Video itu mengajak warga untuk datang dan melihat buaya di sana secara gratis meskipun tempat wisatanya tutup. Warga juga diminta untuk membawa makanan buat buaya. Dinas Perikanan Phuket mengecek secara langsung ke lokasi pada Kamis (7/7) dan memastikan kondisi buaya baik-baik saja.
"Jika tidak ada yang datang untuk memberi makan buaya, pemiliknya akan membawa makanannya sendiri. Tapi, sekarang kami pikir ini lebih baik ketimbang tidak ada pengunjung. Jadi, kami mengizinkan orang untuk datang dan melihat buaya-buaya itu secara gratis," kata Kaew, penjaga tempat tersebut.
Tempat ini buka dari sekitar pukul 08.00 hingga sekitar 17.00 tau 18.00 setiap hari, tetapi lampu biasanya dimatikan untuk menghemat uang.
"Jika memungkinkan, saya ingin banyak orang datang dan melihat buaya agar tidak kesepian," katanya.
Sakul Nganwiwatthaworn, pemilik Phuket Crocodile World, mengatakan dia memahami betul jika ada orang yang berpikir bahwa buaya di sana ditelantarkan. Sebab, memang listrik dimatikan di malam hari.
Tetapi, dia bersikukuh menampik tuduhan bahwa buaya diabaikan.
"Mereka selalu diberi makan dan dirawat, tetapi turis datang untuk melihat keadaan tempat itu dan menganggapnya sudah ditinggalkan. Kami sebenarnya memberi mereka makan secara teratur dan mengganti air secara teratur," kata dia.
Sudah begitu Bibi Kaew secara teratur berhubungan dengan petugas Dinas Perikanan Phuket.
"Kami berbicara dengan petugas sebulan sekali, dan petugas sering datang membawa makanan," kata Sakul.
"Buaya tidak kelaparan," kata Sakul.
Saat ini, Sakul malah menawarkan buaya-buaya itu untuk dijual.
"Yang besar harganya sekitar 10.000 bath atau sekitar Rp 4,1 juta masing-masing, dan yang kecil dijual seharga 1.000 baht masing-masing. Ada 28 ekor buaya sekarang. Tetapi, jika Anda tidak ingin membelinya, Anda dapat menyimpan uang Anda dan datang dan melihatnya secara gratis," kata dia.
Sittipon dari Kantor Perikanan Phuket menunjukkan bahwa dia telah meminta Sakul untuk meningkatkan keamanan di tempat tersebut. Salah satunya, dengan memasang lebih banyak tanda untuk memperingatkan pengunjung tentang bahaya buaya.
"Jika ada yang datang untuk melihat buaya, mereka harus menghubungi staf terlebih dahulu untuk keselamatan mereka sendiri, jika tidak maka akan berbahaya bagi mereka," katanya.
"Tetapi, jika Anda melihat kolam buaya, sangat jelas kalau buaya-buaya itu tidak dapat melarikan diri. Buaya tidak bisa lepas dari sini," dia menambahkan.
(fem/fem)
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol
Tragedi Juliana di Rinjani, Pakar Brasil Soroti Lambatnya Proses Penyelamatan