Dianggap Langgar Adat, Lukas Enembe Dinilai Tak Layak Jadi Kepala Suku Besar

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Dianggap Langgar Adat, Lukas Enembe Dinilai Tak Layak Jadi Kepala Suku Besar

Jonh Roy Purba - detikTravel
Jumat, 14 Okt 2022 20:42 WIB
Gubernur Papua, Lukas Enembe (dok Istimewa)
Gubernur Papua Lukas Enembe (Foto: dok. Istimewa)
Jayapura -

Lukas Enembe dinilai melanggar adat karena lakukan pernikahan dalam satu parohan. Pemelihara Adat Kebudayaan pertanyakan kelayakannya jadi kepala suku besar.

Pemelihara Adat Kebudayaan Pusat La Pago Lembah Baliem Jayawijaya Papua, Ismail Asso menuding Gubernur Papua Lukas Enembe telah melanggar warisan leluhur. Ia menilai Lukas Enembe tak pantas menjadi kepala suku besar.

Ismail Asso sebut Lukas Enembe melanggar aturan sistem perkawinan. Menurutnya orang yang tak paham adat dan budaya tak pantas menjadi sosok kepala suku besar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Lukas Enembe melanggar adat budaya warisan leluhur dalam sistem perkawinan, dalam lingkup kebudayaan wilayah adat La Pago. Pantaskah seseorang yang tidak tahu adat budaya malah melanggar adat budaya. Bahkan dianggap aib dan memalukan dengan sebutan PAWI dianggap kepala suku besar," kata Ismail Asso dalam keterangan yang diterima, Jumat (14/10/2022).

Ismail menjelaskan bahwa dalam adat dan budaya di wilayah La Pago terdapat sebuah sistem perkawinan. Sistem ini didasarkan pada dua parohan yang disebut Wita-Wiya, sebuah istilah dalam budaya Papua.

ADVERTISEMENT

"Istri Lukas Enembe marganya Wenda. Sedangkan Lukas marganya Enembe. Enembe dan Wenda masih satu parohan sesama Wita," ucapnya.

Berdasarkan sistem perkawinan Wita-Wiya, pasangan yang berasal dari satu parohan tidak boleh menikah. Karena keduanya masih dipandang berasal dari satu keluarga.

"Menurut tradisi adat budaya wilayah adat La Pago, Lukas Enembe termasuk manusia tidak tahu adat budaya La Pago. Karena dianggap incest atau kawin sesama dalam satu parohan marga," lanjutnya.

Atas perkawinannya yang tak sesuai adat ini, Ismail Asso menilai bahwa Lukas Enembe bukanlah orang yang paham adat budaya La Pago. Ia juga menilai bahwa Lukas Enembe telah melakukan pelanggaran adat atas perkawinannya tersebut.

Ismail Asso pun mempertanyakan kelayakan Lukas Enembe sebagai kepala suku besar. Menurutnya, Lukas Enembe tak pantas bahkan patut diberi sanksi sosial atas pelanggarannya tersebut.

"Pertanyaannya benarkah dan pantaskah Lukas Enembe disematkan kepala suku besar? Tidak pantas bahkan harus diberi sanksi sosial karena melanggar tatanan hukum tradisi adat budaya La Pago," ujarnya.

Lukas Enembe Jadi Kepala Suku Besar

Sebelumnya Lukas Enembe telah dikukuhkan menjadi kepala suku besar di Papua. Pengukuhan tersebut dilakukan oleh Dewan Adat Papua (DAP) yang hadir dari 7 wilayah.

"Ini adalah proses organisatoris. Kami sudah melakukan pleno resmi yang ke-11 di Jayapura. Tujuh wilayah semua hadir," kata Ketua Dewan Adat Papua Dominikus Sorabut dalam keterangan yang diterima, Senin (10/10).

Proses pengukuhan tersebut dilakukan di kediaman pribadi Lukas Enembe di Koya Tengah, Distrik Muara Tami, Jayapura, Papua pada Minggu (9/10). Dewan Adat Papua menilai Lukas Enembe layak menyandang status ini berdasarkan sepak terjangnya selama ini.

"Kami tidak disogok oleh siapa-siapa, tetapi terpanggil nurani untuk Ibu Pertiwi, sehingga kami datang dan memutuskan bahwa layak seorang Lukas Enembe dijadikan sebagai pemimpin besar tanah dan bangsa Papua atau Kepala Suku besar tanah dan bangsa Papua," terangnya.

Artikel ini telah tayang di detikSulsel.




(ysn/ysn)

Hide Ads