#PrayforBali, Doa Netizen untuk Banjir Bandang di Bali

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

#PrayforBali, Doa Netizen untuk Banjir Bandang di Bali

Tim detikcom - detikTravel
Rabu, 19 Okt 2022 07:37 WIB
Kondisi jalan di Bebandem, Karangasem, Bali, usai diterjang banjir besar, Senin (17/10/2022).
Kondisi jalan di Bebandem, Karangasem, Bali, usai diterjang banjir besar, Senin (17/10/2022). (Foto: I Wayan Selamat Juniasa)
Jakarta -

Banjir dan longsor di wilayah Bali, Senin (17/10/2022) menelan korban jiwa sebanyak enam orang membuat netizen menyuarakan tagar #PrayforBali di Twitter.

"Stay safe for all people in Bali. This shall too pass. Everything will be alright soon πŸ™ #PrayForBali," ujar seorang netizen.

Mereka juga memposting kondisi banjir di Bali.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Korban jiwa banjir di Bali tersebut tercatat tiga orang di Kabupaten Karangasem, satu orang di Kabupaten Bangli, satu orang di Kabupaten Tabanan, dan satu orang di Kabupaten Jembarana.

Data itu disampaikan Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Bali, Made Rentin pada Selasa 18 Oktober kemarin.

ADVERTISEMENT

Untuk korban di Kabupaten Bangli, satu warga dilaporkan meninggal dunia bernama Desa Okta Nita (17) akibat terseret arus banjir pada Senin (17/10). Hasil kaji cepat sementara, peristiwa ini terjadi ketika korban mengendarai sepeda motor dan terseret arus banjir yang berasal dari luapan saluran air.

Tim BPBD Kabupaten Bangli bersama tim gabungan telah melakukan penyisiran saluran air dari depan lapangan Kilobar Tamanbali, Bangli, menuju saluran irigasi Guliang Kangin. Saat ini korban sudah dievakuasi dan dibawa ke Rumah Sakit Umum terdekat untuk dilakukan autopsi.

Abdul Muhari selaku Plt Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan, BNPB, mengatakan banjir yang melanda Desa Tamanbali, Kecamatan Bangli ini terjadi setelah hujan deras sekitar pukul 13.20 Wita.

Kondisi curah hujan yang tinggi juga memicu longsor di Kecamatan Susut. Aktivitas warga ikut terganggu akibat longsor yang menutup akses jalan.

"Upaya pengerahan alat berat dari Dinas PU juga telah diinisiasi guna membuka akses jalan. Selain itu upaya penyemprotan oleh tim damkar juga dilakukan guna membersihkan material lumpur agar warga sekitar dapat melintas kembali," kata dia seperti dilansir dari CNNIndonesia.com.

Tim BPBD Bangli bersama tim gabungan saat ini masih melakukan koordinasi lanjutan dalam hal pendataan. Tim masih berjibaku di lapangan guna melakukan upaya percepatan penanganan darurat.

BMKG telah menyatakan sebagian besar wilayah Indonesia berpotensi mengalami cuaca ekstrem yang ditandai curah hujan tinggi hingga Oktober 2022. Langkah-langkah antisipatif perlu dipersiapkan sebagaimana arahan Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto dalam mengantisipasi dampak cuaca ekstrem.

"Upaya jangka pendek, pastikan kesiapan alat, perangkat dan personel untuk menghadapi potensi dampak cuaca ekstrem. Upaya jangka panjang lakukan perbaikan lingkungan jangan sampai banjir selalu berulang di tempat yang sama," ujarnya.

Banjir di Jembrana sempat memutus Jembatan Biluk Poh di Jalur Denpasar-Gilimanuk, Jembrana, Bali. Namun semalam, jembatan sudah dibuka dan bisa dilalui semua kendaraan. Jalur ini sudah dilewati truk besar kapasitas di atas 20 ton.

Meski sudah bisa dilewati semua kendaraan, masih diterapkan sistem buka tutup dan pembatasan kendaraan yang melintas di Jalur Denpasar-Gilimanuk ini. Kapolres Jembrana AKBP Dewa Gde Juliana mengutip detikBali mengatakan, penggunaan jembatan untuk semua jenis kendaraan secara terbatas dilakukan setelah dilalukan pengecekan dan uji kelaikan jembatan.

Sementara itu Walhi menyoroti maraknya alih fungsi lahan di Bali, yang menyebabkan bencana alam akibat cuaca ekstrem dan intensitas hujan tinggi, seperti banjir dan longsor. Upaya pengendalian pemanfaatan ruang di Bali sangat kurang, mulai dari sistem drainase, kurangnya vegetasi di dataran tinggi atau lahan curam untuk menahan longsor.

"Hal tersebut pastinya akan memberikan efek domino yang sangat signifikan terhadap perubahan iklim, di mana ketika perubahan iklim secara signifikan terus berjalan, maka kita akan mendapati bencana seperti ini. Apabila hal tersebut masih terus dilakukan, maka kita juga akan menemukan hal-hal serupa berupa bencana dengan intensitas waktu yang makin cepat," papar Direktur Walhi Bali Made Krisna Dinata, seperti dikutip detikBali.




(ddn/ddn)

Hide Ads