Indonesia meminta kembali koleksi bersejarah hasil jarahan Belanda. Menanggapi hal ini, Belanda membentuk tim khusus hingga datang ke Indonesia untuk membahasnya.
Belanda memiliki banyak koleksi bersejarah dari Indonesia. Koleksi-koleksi ini didapatkan dengan berbagai cara, mulai dari pemberian raja-raja zaman dahulu, hasil jual beli, hingga didapatkan dari rampasan perang.
Berkaitan dengan koleksi bersejarah yang berasal dari penjarahan atau rampasan, Indonesia pun meminta Belanda untuk mengembalikan sejumlah koleksinya. Dilansir dari Trouw, Pemerintah Indonesia telah memilih 8 koleksi untuk dikembalikan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Daftar koleksi yang diminta kembali oleh Indonesia ini dikirimkan kepada Sekretaris Negara Kerajaan Belanda bidang kebudayaan dan media Gunay Uslu pada bulan Juli. Daftar ini kemudian diteruskan kepada Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, dan Ilmu Pengetahuan Belanda.
Untuk menindaklanjuti permintaan ini, Pemerintah Belanda pun membentuk sebuah tim independen. Tim ini dipimpin oleh Lilian GonΓ§alves, seorang pengacara sekaligus aktivis HAM.
Tim ini nantinya akan melakukan penilaian apakah benda yang diminta kembali merupakan benda hasil jarahan. Tim ini akan mulai bekerja pada bulan Desember mendatang.
Selain itu pada bulan September lalu Sekretaris Negara Uslu juga berkunjung ke Indonesia. Salah satunya yaitu untuk membahas lebih lanjut mengenai pengembalian benda warisan kolonial.
Dalam kunjungannya ini, Uslu juga didampingi oleh GonΓ§alves. Sebelumnya GonΓ§alves juga pernah memimpin investigasi serupa mengenai sengketa karya seni berharga Belanda.
Sementara itu, juru bicara dari Museum Nasional Sejarah Alam atau Museum Naturalis Leiden mengungkapkan bahwa pihaknya belum mengetahui perihal permintaan dari Pemerintah Indonesia. Meski begitu, ia mengungkapkan bahwa pihaknya akan bekerja sama sepenuhnya dalam penyelidikan yang akan dilakukan.
Namun ia juga mengkhawatirkan kondisi koleksinya. Menurutnya, Leiden merupakan tempat yang tepat untuk menjaganya.
"Kami memahami klaim Indonesia. Namun muncul juga pertanyaan: di mana koleksi tersebut akan dapat disimpan, diakses, dan diteliti dengan aman? Saya rasa saya tahu jawabannya," kata juru bicara Museum Naturalis.
(ysn/ddn)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum