Kata jancuk begitu identik dengan Surabaya dan juga Jawa Timur secara keseluruhan. Ternyata, begini lho asal usul kata Jancuk.
Kata Jancuk seperti melekat pada diri seniman Sudjiwo Tejo. Dia bahkan secara terang-terangan menyebut dirinya sebagai President Jancukers.
Mbah Tedjo sering membahas kata tersebut dalam penampilannya. Bahkan ia juga membuat lagu berjudul Jancuk. Berikut penggalan liriknya:
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Cuk jancuk, jancuk, jancuk,... Cuk jancuk, jancuk, jancuk
Kalau tambah mampu tapi tambah sombong sebut saja itu namanya,... Jancuk
Kalau tambah mampu tapi tambah sombong tambahi saja panggilanmu itu,... Jancuk
Ayo maju maju jangan lupa mundur, ayo mundur mundur jangan lupa maju, maju pantang mundur itu kuno kuno jadul, mundur pantang maju itu jadul kuno kuno,...
Semua podo wae, namanya,... Jancuk
Sami mawon, namanya,... Jancuk.
Lewat lagu tersebut, Sudjiwo Tejo seolah ingin menyampaikan bahwa kata jancuk tak hanya digunakan sebagai umpatan, atau ekspresi kemarahan. Tapi juga ekspresi keakraban.
Misal dalam konteks pinjam-meminjam uang. Ketika tidak bisa memberi pinjaman Anda bisa mengatakan 'jancuk aku gak iso minjemi e (jancuk saya tidak bisa memberi pinjaman)'. Kalimat seperti itu dirasa tidak masalah diucapkan pada teman dekat yang mau meminjam uang. Itu sebagai bentuk keakraban.
Asal-usul Kata Jancuk
Mengenai asal-usul kata jancuk, detikJatim mengutip dari repositori Universitas Brawijaya (UB). Prof Dr Suyono, M.Pd menjelaskan mengenai bahasa kasar yang di dalamnya terdapat berbagai kata umpatan atau makian. Seperti bahasa makian Kota Surabaya yaitu jancuk.
Jancuk terbentuk dari kata diancuk yang kemudian menyatu dalam pengucapannya. Dasar kata diancuk yakni encuk. Biasanya, kata tersebut mendapat kata tambahan jaran (kuda).
Dalam bidang etnoliguistik, bahasa makian digolongkan sebagai kata tabu. Seperti kata-kata yang berhubungan dengan seks dan kotoran.
Kata jancuk berhubungan dengan seks. Sebab di masyarakat Jawa Timur, melakukan hubungan badan disebut ngencuk (bersetubuh).
Versi lain menyebut, kata jancuk merupakan gabungan dua kata dalam bahasa Jawa yaitu jalok (minta) dan diencuk (bersetubuh). Kata tersebut terdengar vulgar. Oleh sebab itu, kata jancuk menjadi kata kotor yang digunakan sebagai kata umpatan maupun makian.
Jancuk seakan menjadi bahasa khas Surabaya. Atas ketenaran kata ini, ada beberapa musisi yang menjadikan kata jancuk sebagai lagu. Dengan hal-hal seperti itu, kata jancuk kini tidak lagi menjadi kata vulgar. Banyak yang sudah menganggap kata tersebut sebagai kata khas yang banyak mengandung arti.
Namun tidak dapat dipungkiri, kata jancuk tetap tidak dapat dikatakan di sembarang tempat. Masyarakat Surabaya kini lebih banyak menggunakan kata tersebut sebagai kata yang biasa saja digunakan.
Bagi banyak warga Surabaya, jancuk dijadikan kata wajib yang tidak lepas dari semua bentuk interaksi yang mereka lakukan. Misalnya: Cuk nandi kon? (Cuk di mana kamu?).
------
Artikel ini telah naik di detikJatim dan bisa dibaca selengkapnya di sini.
(wsw/wsw)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum
Hutan Amazon Brasil Diserbu Rating Bintang 1 oleh Netizen Indonesia