TRAVEL NEWS
Di Tengah Lonjakan Covid-19, China Pede Penerbangan Oke Lagi

China berencana meningkatkan jumlah penumpang pesawat seperti sebelum pandemi menjelang Tahun Baru Imlek. Padahal, Covid-19 di negara itu terus melonjak.
Dilansir dari Business Insider, Kamis (22/12/2022) Administrasi Penerbangan Sipil China (CAAC) merilis rencana tiga tahap upaya peningkatan jumlah penerbangan secara bertahap setelah kebijakan nol COVID pada awal Desember.
Langkah pertama adalah dengan meningkatkan jumlah penerbangan per hari menjadi maksimum 11.280 penerbangan dari 9.280 penerbangan domestik. Targetnya, 6 Januari mendatang.
Peningkatan jumlah penerbangan itu ditargetkan pada puncak musim Tahun Baru Imlek. Di saat itu, frekuensi perjalanan biasanya melonjak dengan tradisi mudik dan tahun depan libur dimulai 21 Januari 2023.
Rencana peningkatan atau pemulihan angka penerbangan seperti sebelum pandemi ini juga didorong keinginan negara untuk kembali membuka pintu ekonomi setelah hampir tiga tahun terkunci.
Namun rencana itu bertolak belakang dengan kasus Covid yang melonjak di tengah pelonggaran pembatasan. Menurut Komisi Kesehatan Nasional China melaporkan 1.918 kasus COVID-19 lokal baru pada Minggu, turun dari 2.028 pada Sabtu. Terdapat dua kematian pada hari Minggu.
Selama akhir pekan saja, banyak media masa yang memberitakan krematorium dan rumah duka di Beijing dan Shanghai sedang memproses peningkatan jumlah orang yang meninggal akibat COVID-19
Seorang karyawan di Rumah Duka Dongjiao mengatakan bahwa mereka mengkremasi 150 jenazah pada Rabu lalu dan sekitar 40 di antaranya mengidap COVID-19.
Kenapa angka Covid di China naik lagi?
Dikutip dari CNN, lonjakan kasus Covid-19 di China erat kaitannya dengan China mencabut aturan ketat negara itu terkait Covid-19.
Pencabutan itu sendiri dilakukan setelah diprotes besar-besaran oleh penduduknya buntut kasus kebakaran diUrumqi, Xinjiang. Saat itu petugas pemadam kebakaran dinilai terlambat datang ke lokasi lantaran terhambat penutupan jalan akibat lockdown yang berlaku di daerah itu.
Terkait lonjakan kasus, sejumlah ahli menilai pencabutan pembatasan di China itu menjadi dalang dari tingginya angka infeksi. Bahkan warga yang terkena Covid tetap bekerja seperti biasa.
Hal ini menunjukkan China yang awalnya ketat dengan aturan Covid, berubah drastis menjadi sangat longgar. Pemerintah Chongqing menambahkan bahwa lembaga pemerintah tidak akan lagi melakukan tes Covid-19 kepada karyawan termasuk polisi, guru sekolah umum, dan pekerja lainnya setiap hari. Sebaliknya, pihak berwenang akan mengalihkan fokus pekerjaan dari pencegahan infeksi ke perlindungan kesehatan dan pencegahan penyakit parah, katanya.
Terlepas dari rasa lega lockdown berakhir, lonjakan kasus Covid-19 pun membuat masyarakat tetap khawatir dan berbondong-bondong memborong obat untuk disimpan di rumah. Toko-toko sampai kehabisan stok karena 'panic buying' tersebut.
Bukan cuma obat, masyarakat juga mulai membeli lemon dan persik sebagai alternatif medis. Kedua buah itu dipercaya mampu mengobati penyakit akibat Covid-19.
Simak Video "Bantahan China soal Tudingan Tidak Transparan Terkait Covid-19"
[Gambas:Video 20detik]
(sym/fem)