Perdana Menteri (PM) Jepang Fumio Kishida betul-betul cemas dengan krisis anak saat ini. Dia berjanji menyiapkan langkah startegis untuk mengatasi tingkat kelahiran yang terus turun.
Kishida mengatakan langkah nyata untuk menanggulangi penurunan populasi ini harus dilakukan sekarang atau tidak sama sekali. Pasalnya, masalah populasi di Jepang telah menjadi momok utama dalam perkembangan negara tersebut.
Masalahnya, berbagai cara yang dilakukan sebelumnya tidak membuahkan hasilJanji pemerintah untuk memberikan bonus uang tunai dan manfaat lainnya bila warga memiliki banyak anak tidak mempan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Warganya tidak sanggup membiayai anak.
Ya, merujuk YuWa Population Research, Jepang memang menjadi salah satu negara termahal di dunia untuk membesarkan anak. Negara ini menempati posisi ketiga setelah China dan Korea Selatan.
Saat ini, angka kelahiran di Jepang anjlok di bawah 800.000 kelahiran tahun lalu. Ini merupakan rekor angka kelahiran terendah sepanjang sejarah Jepang. Bahkan momen ini datang 8 tahun lebih awal dari perkiraan pemerintah Jepang.
Dilansir dari Channel News Asia, Rabu (25/1/2023) kemungkinan besar, itu memicu penurunan populasi lebih lanjut di Jepang. Padahal, kini usia rata-rata penduduknya adalah 49 tahun.
"Bangsa kita berada di titik puncak apakah dapat mempertahankan fungsi sosialnya," kata Kishida.
"Sekarang atau tidak sama sekali ketika menyangkut kebijakan tentang kelahiran dan membesarkan anak. Ini adalah masalah yang tidak bisa menunggu lebih lama lagi (untuk ditangani)," dia menambahkan.
Kishida mengatakan dia akan mengajukan rencana untuk menggandakan anggaran untuk kebijakan terkait anak pada bulan Juni. Ia juga mengatakan, Badan Pemerintah Anak dan Keluarga akan dibentuk pada April untuk mengawasi masalah tersebut.
(pin/fem)
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol