Ladang Gandum dan Kapas Jadi Kuburan Massal, Bau Kematian Menyengat

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Ladang Gandum dan Kapas Jadi Kuburan Massal, Bau Kematian Menyengat

Femi Diah - detikTravel
Minggu, 12 Feb 2023 05:02 WIB
Jakarta -

Ladang kapas dan gandum di Antakya berubah menjadi kuburan setelah gempa Turki. Sebanyak 400 imam bertugas di kawasan ini.

Para pelayat berlinang air mata. Mereka mengucapkan selamat tinggal kepada almarhum, satu di antara 1.000 orang korban gempa dahsyat Turki yang terjadi pada Senin (6/2/2023) yang dimakamkan di pemakaman Antakya, provinsi Hatay, di selatan Turki itu.

Makam itu disediakan dadakan. Itu dulunya merupakan ladang kapas dan gandum.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tidak ada nisan dan nama jelas. Keluarga hanya diberi lempengan beton dengan nomor untuk mengidentifikasi keluarga yang dimakamkan.

Rombongan pelayat itu mengantarkan "97", satu di antara lebih dari 25.000 orang yang tewas setelah gempa berkekuatan 7,8 melanda Turki dan Suriah.

ADVERTISEMENT

Lusinan domba merumput beberapa meter dari makam. Dan, angka itu terus bertambah dengan urutan lebih besar. Jalan menuju Antakya dimasuki oleh van yang membawa lebih banyak mayat seiring jumlah korban tewas yang meningkat setiap hari.

Seperti juga di Jumat (10/2), satu van putih tiba di bekas ladang kapas itu. Di dalam, ada empat jenazah dalam kantong mayat hitam. Enam pria mengangkat setiap tas, meletakkannya dengan hati-hati di kuburan yang baru saja digali.

Ladang kapas di Antakya sebelum gempa  (ILYAS AKENGIN / AFP)Ladang kapas di Antakya sebelum gempa. Kini ladang kapas itu dijadikan pemakaman massal korban gempa Turki. (ILYAS AKENGIN / AFP)

Seorang pria meminta mereka untuk menunggu, sambil menangis.

"Satu menit, satu menit," katanya. Dia kemudian mengulangi hanya satu nama,"Emine".

Di tempat parkir terdekat, mobil van yang membawa jenazah kesulitan mencari tempat parkir. Mobil-mobil jenazah terus berdatangan.

Bau kematian pun sangat menyengat.

Seorang sukarelawan, dengan jas hitam dan rompi biru, membagikan sarung tangan dan masker bedah. Di balik meja lipat, sekitar 15 orang memakai masker menunggu kerabat menandatangani akta kematian bagi korban yang sudah teridentifikasi.

Di dekat meja, seorang imam sedang duduk di tanah. Dia berasal dari provinsi Usak, 900 kilometer dari Hatay. Dia satu di antara 400 imam yang didatangkan dari seluruh Turki untuk melakukan salat jenazah.

"Ini mengerikan," kata Yusuf Ozcan, dengan wajah yang sangat kelelahan.

Ozcan bahkan tidak bisa mengatakan berapa banyak doa yang telah dia rapalkan.

"Banyak," kata sang imam, dengan jeans biru dan rompi.

Kemal Deniz, 35, warga setempat menyebut selain van, jumlah eskavator yang datang terus bertambah. Deniz bilang ladang tempat dimakamkannya jenazah adalah ladang kapas dan gandum.

"Mulai sekarang, kami akan bangun setiap pagi dengan melihat makam ini. Sulit, tapi kami tidak punya pilihan lain," dia menambahkan.

(fem/fem)

Hide Ads