Sarinah jadi mal pertama yang ada di Indonesia. Bertransformasi jadi lebih memikat dengan kebaruan konsep dan bangunannya, barang-barang murah tak bisa ditemui lagi di sana.
Beberapa traveler yang ditemui detikcom dan tak mau disebutkan namanya mengeluhkan lenyapnya baju batik murah. Ada pula yang ingin asesoris lokal yang terjangkau, kini tiada lagi.
"Benar sekali, kemarin ke sana mau nyari baju batik yang murah Rp 50 ribuan. Tapi pas ngelihat banderolnya kaget. Harganya itu sudah nggak ramah di kantong," ujar dua orang traveler yang ditanya detikcom, Kamis (23/2/2023).
Di kesempatan berbeda, CEO Sarinah Fetty Kwartati mau menjawab pertanyaan apakah mall di Indonesia sudah bisa menarik turis asing. Dia optimis mal-mal di Indonesia bisa menggaet turis asing
"Kalau Indonesia sebenarnya bisa banget. Kayak misalnya Sarinah, kita fokuskan targetnya adalah turis mancanegara dan turis lokal dari luar Jakarta," kata di acara seminar dan rakernas Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) di Jakarta, Kamis (23/2).
"Ini sudah menjadi tempat wajib kunjung buat mereka. Karena, kami bekerja sama dengan Kemenparekraf untuk memastikan travel, hotel, membawa atau menggiring turis-turisnya untuk wajib kunjung ke Sarinah," imbuh dia.
Jadi, Sarinah akan membuatkan paket-paket untuk para turis. Selain bisa menikmati kuliner, mereka juga bisa wisata belanja produk lokal, juga menjajal pengalaman lain nan unik.
"Jadi kemarin kami buat untuk turis mereka belajar gamelan dan membatik, makan di restoran lokal, kemudian belanja," kata dia.
Menurut Fetty, mal-mal konvensional yang lain juga bisa menarik turis asing. Karena, produk-produk yang ada di dalamnya biasanya ada pajangan dari hasil kerajinan lokal dan ia mengajak semua mal melakukannya.
"Bisa juga. Karena mereka kalau turis asing kan biasanya ingin melihat produk-produk khas Indonesia ya," kata dia.
"Ya namanya kalau kita keluar negeri pengen lihat produk Thailand apa sih yang asli. Nah, mal-mal itu menurut saya perlu menyediakan corner-corner seperti itu," kata dia.
"Sehingga, turis-turis itu bisa datang one stop shopping. Dia bisa melihat brand-brand lain juga bisa melihat produk asli Indonesia," kata dia.
Fetty menyebut bahwa kunjungan turis asing dan lokal tergolong tinggi sebelum pandemi. Namun, saat ini masih dalam tahap perbaikan.
"Kalau dulu cukup tinggi kunjungan ke Sarinah. Semenjak Covid ini turisnya belum kembali normal. Jadi, masih jauh dari jumlah yang dulu," ujar dia.
Saksikan juga Sosok: Kayuh Sepeda Icha
(msl/fem)