Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati, mengingatkan agar pemerintah membuat kajian komprehensif mengenai zona sesar geser yang dianggap mirip dengan di Turki.
Turki baru saja dilanda gempa dahsyat dengan Magnitudo 7,8. Peristiwa yang terjadi pada 6 Februari itu mengguncang Turki hingga Suriah dan korbannya mencapai lebih dari 50 ribu jiwa.
Otoritas kegempaan AS (USGS) menyebut sumber gempa adalah Patahan Anatolia Timur (East Anatolian Plate). Gempa itu merupakan gempa bumi paling mematikan di dunia sejak gempa bumi Haiti 2010.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dwikorita mengatakan gempa Turki mengingatkan bahwa sesar aktif dengan pergerakan geser mendatar atau strike-slip, dapat menyebabkan kejadian gempa katastrofi, dan gempa bumi yang kompleks.
"Perlu dilakukan kajian yang lebih komprehensif mengenai zona sesar geser tersebut di Indonesia," ujar Dwikorita seperti dikutip dari Antara, Senin (27/2/2023).
"Misalnya ini yang mirip dengan apa yang ada di Turki yaitu sesar besar Sumatera atau The Great Sumatera Fault Zone, kemudian sesar Palu-Koro, sesar Matano, sesar Cimandiri, sesar Opak, sesar Gorontalo, sesar Sorong, sesar Tarera Aiduna, dan sesar Yapen," dia menambahkan.
Menurut dia, masih cukup banyak sesar di Indonesia yang dinilai memiliki kemiripan dengan sesar yang ada di Turki setelah kejadian gempa magnitudo 7,8.
Dwikorita pun mengimbau agar pemerintah dan masyarakat mewaspadai bahaya gempa akibat patahan multisegmen itu. Patahan tersebut terbagi-bagi menjadi beberapa blok atau beberapa segmen. Bahkan, patahan itu berdekatan dengan patahan yang lain.
Dia memberikan gambaran bahwa gempa bumi di Turki sanggup memecahkan seluruh segmen sesar Anatolia Timur.
Terdapat enam segmen dalam satu patahan Anatolia Timur tersebut, yaitu segmen Turkoglu, Golbasi, Yarpuzlu, Lakehazar dan Gorzali, dengan total panjang patahan anatolia Timur sepanjang 300 km.
"Fenomena ini memberikan peringatan bagi kita yang ada di untuk mewaspadai adanya potensi gempa multisegmen, bahkan bisa multifault(multi-patahan) ya yang sangat mungkin terjadi," ujar dia.
"Fenomena serupa pernah terjadi di Pulau Lombok tahun 2018 yang diguncang oleh lima gempa kuat dalam waktu 3 minggu dengan magnitudo 6,4; 7,0; 5,9; 6,2; dan 6,9," dia menambahkan.
(fem/fem)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!