Bisnis Lendir di Pesisir Pangandaran Tempo Doeloe

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Bisnis Lendir di Pesisir Pangandaran Tempo Doeloe

Aldi Nur Fadilah - detikTravel
Jumat, 03 Mar 2023 15:45 WIB
Pantai Karang Nini di Pangandaran
Ilustrasi Pantai Pangandaran (: Aldi Nur Fadilah/detikJabar)
Pangandaran -

Kawasan wisata selalu identik dengan tempat hiburan dan sering kena stigma terdapat prostitusi. Tak terkecuali dengan Pantai Pangandaran di selatan Jawa Barat.

Di Indonesia, prostitusi telah terekam jejaknya sejak tahun 1820-an. Keberadaannya tak lepas dari pembangunan jalur Anyer-Panarukan di bawah pemerintahan Herman William Daendels. Dua puluh tahun kemudian 1840 stasiun kereta mulai berdiri.

Para pekerja bekerja siang hingga malam hari sehingga tidak ada waktu untuk istirahat. Karena itulah pekerja yang mempunyai istri tidak bisa melampiaskan kebutuhan biologisnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Karenanya para pekerja memilih untuk melakukan praktik prostitusi. Penyakit masyarakat itu merebak di pesisir Pangandaran sejak tahun 1980an saat adanya jalur Kereta Api (KA) Banjar-Cijulang.

Tokoh Masyarakat Pangandaran Anton Sugandi (68) mengatakan keberadaan prostitusi di pantai Pangandaran sudah ada sejak lama merebak di blok Pamugaran.

ADVERTISEMENT

"Prostitusi di Pangandaran sudah ada sejak saya kecil, bahkan tahun 1975 sudah ada, bahkan lokasinya berada di rumah penduduk," kata Anton kepada detikJabar, Kamis (2/3/2023).

Ia mengatakan nama lokasi yang ramai prostitusi berada di kawasan Bulak Laut blok Astana Buda (Asbud) yang sekarang wilayah perhotelan dekat Pangandaran Sunset.

"Kawasan itu ramai oleh para wisatawan namun penyakit masyarakat itu sempat dikeluhkan warga," ucapnya.

Menurutnya 10 tahun merambah di Asbud karena ada protes dari warga, para pelaku praktik prostitusi kemudian pindah ke pantai timur Pangandaran blok Katapang Doyong.

"Dorongan tokoh masyarakat, karena Asbud sudah banyak penduduk prostitusi diminta pindah," katanya.

Setelah itu, beberapa tahun kemudian pindah lagi ke Asbud tahun 1998 hingga berdirinya pasar wisata. Pada saat itu pasar wisata dibangun 1998-1999 dan termasuk prostitusi menghuni pasar wisata.

"Seiring berjalannya waktu pelacur semakin banyak dari mana-mana, pelacur ramai 1990-an makin menjadi, pelacuran begitu bebas, dulu suka dikontrol disuntik HIV/AIDS sejak pemda Ciamis," ucapnya.

"Ya karaoke, minuman, makanan, prostitusi sangat terbuka, sempat didemo pada tahun 1990-an oleh ibu-ibu pengajian, MUI, namun tetap aja buka," paparnya.

Prostitusi sempat tutup dengan waktu yahg lebih lama setelah tsunami 2006 menyapu wilayah pesisir Pangandaran.

"Mayoritas tempat kafe di blok Asbud hingga Pamugaran rata dengan laut, banyak mayat telanjang berdua, hampir rata dengan tsunami semua nyaris rata dengan tanah," katanya.

Sementara, menurut Anton penyakit masyarakat itu justru muncul lagi oleh warga setempat. "Tahun 2010 mulai marak lagi dan saat itu wisatawan mulai pulih wisatanya," ucapnya.

---

Artikel ini telah tayang di detikJabar.




(sym/sym)

Hide Ads