Meski sektor pariwisata sudah mulai pulih, namun situasi Pasar Seni Tanah Lot masih saja sepi pembeli. Tidak banyak wisatawan yang membeli dagangan mereka.
Geliat para pedagang yang sudah mulai membuka kios mereka tidak dibarengi dengan antusiasme pengunjung untuk berbelanja cenderamata atau suvenir. Sejumlah pedagang bercerita, pembeli tidak seramai sebelum pandemi COVID-19.
Mereka pun berharap momen liburan bisa membantu mengangkat penjualan, termasuk libur Lebaran pada April 2023.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau pengunjung sebetulnya sudah mulai ramai. Tapi namanya kondisi ekonomi dunia lagi seperti ini (sulit), mereka sepertinya lebih memilih jalan-jalan saja," kata Ni Nyoman Puspawati (34), Minggu (26/3/2023).
Salah satu pedagang suvenir di Pasar Seni Tanah Lot itu, sudah 13 tahun berdagang di pasar dekat pintu tiket objek wisata Tanah Lot. Meski kondisi tempatnya berjualan tidak seramai sebelum pandemi, ia memutuskan tetap membuka kios daripada tidak ada kegiatan dan hanya tinggal di rumah.
"Saya sudah dua kali sempat tutup (kios)," katanya.
Seingatnya, ia tidak bisa berdagang dan harus menutup kios untuk pertama kalinya saat COVID-19 mewabah pada Maret 2020. Waktu itu, ia maupun pedagang lain di pasar itu tutup selama kurang lebih enam bulan.
"Kalau tidak salah Maret 2020. Waktu itu pas mau Nyepi juga," imbuhnya. Setelah kurang lebih enam bulan tutup, ia mencoba berdagang lagi. Tapi COVID-19 yang kala itu bermutasi menjadi varian Omicron membuat usahanya tutup lagi.
"(Tutup) yang kedua itu lamanya kurang lebih empat bulanan. Jadi hampir setahun begitu. Selama tutup ya tidak ada kegiatan, di rumah saja. Mengasuh anak," tutur Puspawati sembari mengemasi barang dagangannya seusai meladeni wisatawan yang kebetulan mau berbelanja di kiosnya.
Pada Agustus 2022, ia mulai mencoba berdagang suvenir lagi seiring kebijakan pemerintah yang sudah mulai memberi sedikit kelonggaran terhadap pembatasan kegiatan masyarakat di sektor pariwisata.
"Pas (libur) Natal 2022 dan Tahun Baru 2023 kemarin agak ramai. Tapi ya tidak sama seperti pembelian sebelum pandemi," sebutnya.
Ia tidak menceritakan dengan gamblang berapa omzet yang diperoleh saat sekarang. Menurutnya, sekarang untuk mendapatkan keuntungan seratus atau dua ratus ribu rupiah sudah sangat bersyukur.
"Dapat (untung) Rp 500 ribuan sekarang ini sudah syukur sekali. Kalau dulu lebih dari itu. Bisa jutaan," kenangnya.
Meski demikian, ia tetap optimis kondisi usahanya akan membaik. Ia juga berharap momen-momen liburan bisa membantu mengangkat penjualan dagangannya. Termasuk momen libur Lebaran nanti, yang dari segi kunjungan akan didominasi wisatawan domestik dari Pulau Jawa dan beberapa pulau lain di Indonesia.
"Kalau sekarang ini, karena lagi musim puasa, biasanya tamu domestik turun. Paling yang belanja tamu-tamu asing. Seperti Eropa, Taiwan, Korea, dan yang agak ramai sekarang ini adalah India. Tapi tidak semua yang berkunjung itu pasti belanja," pungkasnya.
-----
Artikel ini telah naik di detikBali dan bisa dibaca selengkapnya di sini.
(wsw/wsw)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum