Menyambut bulan Ramadan, Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Disparekraf) Provinsi DKI Jakarta mengadakan wisata religi keliling Jakarta.
Wisata religi ini digagas Disparekraf dengan menggandeng Association of The Indonesian Tours and Travel Agencies (ASITA), IINTOA (Indonesia Inbound Tour Operator Association), dan Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI).
Wisata religi tersebut dijalankan dengan menyusuri beberapa masjid bersejarah dan unik yang ada di Jakarta, tepatnya pada Sabtu (01/04/2023). Wisata religi ini diikuti oleh kurang lebih 50 Peserta dan dilalui dengan menaiki bus rombongan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perjalanan dimulai dari Monas, tepatnya pukul 11.45 WIB. Dari sana, kami beranjak menuju masjid bersejarah dan terbesar di Indonesia, yakni Masjid Istiqlal. Berkunjung ke sini, kami melakukan ibadah Dzuhur terlebih dahulu sebelum berkeliling melihat hal menarik.
Masjid Istiqlal
![]() |
Masjid Istiqlal selalu ramai dipenuhi oleh umat yang beribadah maupun wisatawan. Ketika kami berkunjung juga terlihat banyak wisatawan mancanegara hilir mudik berkunjung.
Hal tersebut tak salah, mengingat tempat ini merupakan masjid ketiga terbesar di dunia dalam segi kapasitas beribadah. Hal tersebut seperti yang disampaikan oleh Humas informasi tamu domestik dan internasional Masjid Istiqlal, Yusuf Fauzi.
"Masjid ini termasuk terbesar ketiga di dunia setelah Masjidil Haram, Makah, yang bisa menampung 1 juta orang mungkin secara bersamaan sembahyang. Yang kedua di Madinah, Masjid Nabawi, Istiqlal yang ketiga secara kapasitas," ucapnya
"Karena masjid ini bisa menampung sekitar 200 ribu orang jamaah dalam waktu bersamaan di saat mereka sholat, terutama saat Idul Fitri dan Idul Adha, itu terlihat di dua waktu tersebut," tuturnya.
Masjid Lautze, masjid bergaya Tionghoa
![]() |
Selepas dari Istiqlal kami bertandang ke masjid menarik lainnya, yakni Masjid Lautze, yaitu masjid kecil yang berada di sebuah ruko di kawasan pertokoan Jalan Lautze, Kecamatan Sawah Besar. Masjid ini walau kecil, tapi menarik mata, berkat arsitektur khas masyarakat Tionghoa.
Ornamen warna merah, kuning dan hijau menghiasi seluruh bangunan ini. Selain itu terdapat pula arsitektur menarik lainnya lewat pajangan kaligrafi yang dipadukan dengan gaya Tionghoa.
Masjid Cagar Budaya, buatan Raden Saleh
![]() |
Selepas dari masjid tersebut, kami juga bertandang ke masjid yang tak kalah menarik. Adalah Masjid Jami' Al-Ma'mur, yakni masjid yang dibangun oleh maestro lukis Indonesia, Raden Saleh Syarif Bustaman.
Masjid ini merupakan bangunan cagar budaya yang telah dibangun sekitar tahun 1890. Arsitektur di sini di dominasi oleh warna putih dan warna coklat yang didapat dari ornamen kayu yang juga dominan. Lokasinya juga menarik karena berada di tepi Kali Ciliwung.
Masjid arsitektur kolonial, Masjid Cut Meutia
![]() |
Selanjutnya kita mengunjungi sebuah masjid yang pada awalnya merupakan sebuah bangunan yang berganti-ganti fungsi, yakni Masjid Cut Meutia. Bangunannya bergaya klasik khas era kolonial. Hal tersebut karena bangunan ini awalnya merupakan bekas kantor biro arsitektur.
Sebelum kemudian beberapa kali berganti fungsi menjadi kantor real estate pertama di Indonesia, N.V. de Bouwploeg, kantor pos, kantor jawatan Kereta Api, kantor Angkatan Laut Jepang, kantor Wali Kota Jakarta Pusat, kemudian pada akhirnya menjadi Masjid Cut Meutia.
Masjid Al Riyadh, masjid dan makam Habib Ali Kwitang
![]() |
Di destinasi terakhir kami diajak menyusuri sungai Ciliwung dan area perumahan. Ternyata terdapat masjid yang cukup megah walau di area perumahan. Adalah Masjid Al Riyadh Kwitang, yang dibangun oleh Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi atau yang dikenal sebagai Habib Ali Kwitang.
Masjid ini didominasi ornamen warna putih bersih. Terdapat pula makam Habib Ali Kwitang di area masjid yang kerap kali jadi tujuan ziarah religi bagi masyarakat, baik di saat Ramadhan ataupun di hari biasa.
"Kalau hari minggu yang ziarah sampai gak putus-putus, sampai malam. Ada saja (Bulan Ramadan atau tidak)," terang Pengurus Masjid Al Riyadh, Ari.
Perjalanan wisata pengenalan wisata religi ini diharapkan agar masyarakat serta berbagai pihak seperti penyelenggara tur dapat mengenal beberapa spot wisata religi yang ada di Jakarta. Hal tersebut seperti yang diterangkan Kepala Bidang Pemasaran dan Atraksi Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi DKI Jakarta, Sherly Yuliana.
"Perjalanan wisata pengenalan khusus wisata religi bertujuan membawa bapak ibu punya new experience bahwa Jakarta itu punya khusus wisata religi," terangnya.
"Bahwa Jakarta ini punya sarat dengan sejarah dari bangunan-bangunan rumah ibadah yang ada di Jakarta. Dan itu umurnya bahkan ada yang ratusan tahun," dirinya menambahkan.
(pin/pin)
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol