Warga desa Batealit, Jepara dihebohkan dengan penemuan jeruk Bali bergambar wajah Wali Songo. Ahli pertanian menyebut fenomena itu sebagai Pareidolia. Apa itu?
Khamim (60), seorang petani dari desa Batealit, Kecamatan Batealit, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah dibuat geger karena menemukan jeruk bali yang bergambar wajah Wali Songo di kebunnya.
"Itu gambarnya Sunan Kalijaga, Sunan Bonang, Sunan Umar Said, Sunan Makdum Ibram, dan Sunan Kudus," terang Khamim sambil memperlihatkan jeruknya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jeruk milik Khamim itu pun viral di media sosial. Banyak orang datang ke rumahnya. Warga berdatangan untuk mengambil daun dan batang pohon jeruk itu karena meyakini berkhasiat untuk pengobatan.
Hendi Hendro, dosen pertanian di Universitas Muria Kudus menyebut fenomena tersebut sebagai kebetulan saja. "Kebetulan saja digatuk-gatukkan sepertinya di kulit jeruk pamelo ada wajah mirip Wali Songo," jelas Hendi.
Hendi menegaskan bahwa fenomena tersebut adalah Pareidolia, sebuah fenomena unik yang tidak ada kaitannya dengan mistis. "Sehingga benda tersebut terkesan aneh, unik tetapi tidak berkaitan dengan mistis," terang Hendi.
Apa Itu Pareidolia?
Dikutip dari laman resmi Universitas Stekom, Pareidolia adalah fenomena psikologis yang melibatkan stimulus samar-samar dan acak yang sering kali berwujud sebuah gambar atau suara yang dianggap penting.
Contoh umum termasuk melihat gambar binatang atau wajah-wajah di awan, melihat pria atau kelinci di permukaan Bulan, atau mendengar pesan tertentu di rekaman yang dimainkan secara terbalik.
Pareidolia ini sering terjadi bila ada persepsi citra agama dan berbagai tema lainnya, terutama wajah tokoh maupun simbol agama, dalam fenomena-fenomena yang dijumpai. Banyak di antaranya yang melibatkan gambar Yesus, Bunda Maria, atau lafadz Allah, dan seperti yang baru heboh belakangan yaitu buah jeruk dengan gambar Wali Songo.
Fenomena Pareidolia
Dikutip dari sumber yang sama, pada tahun 1978, seorang wanita New Meksiko menemukan bahwa terdapat pola gambar akibat pembakaran pada tortila yang dia buat. Gambar tersebut menyerupai penggambaran dari wajah Yesus Kristus. Alhasil, ribuan orang datang untuk melihat tortilla yang dibingkai tersebut.
Pada bulan September 2007, muncul sebuah fenomena pohon kera di Singapura. Terdapat bagian dari pohon tersebut yang menyerupai wujud kera, dan orang-orang yang percaya berbondong-bondong ke pohon tersebut untuk memberi penghormatan kepada Dewa Kera.
Sejarah Pareidolia
Dikutip dari Live Science, Pareidolia sudah dimulai sejak Leonardo Da Vinci sampai Carl Sagan. Bagi Da Vinci, fenomena semacam ini menjadi alat bantu artistik bagi seniman mengembangkan imajinasinya. Carl Sagan punya pendapat Pareidolia adalah naluri survival manusia.
Kata Sagan, kemampuan mengenali wajah dari jarak jauh dengan visibilitas rendah adalah teknis bertahan hidup yang penting. Insting manusia adalah ingin langsung mengenali wajah sebagai kawan atau lawan.
"Hasilnya adalah misinterpretasi gambar atau pola acak dari cahaya dan bayangan, yang dikenali sebagai wajah," kata dia.
-----
Artikel ini ditulis oleh Agustin Tri Wardani peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom dan telah tayang di detikJateng.
(wsw/wsw)
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol