Airbus A220 Itu Menarik, tapi Kok Maskapai RI Belum Ada yang Beli?

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Airbus A220 Itu Menarik, tapi Kok Maskapai RI Belum Ada yang Beli?

Putu Intan - detikTravel
Jumat, 26 Mei 2023 16:05 WIB
Pesawat Airbus A220-300
Airbus A220-300. Foto: Putu Intan/detikcom
Jakarta -

Hingga saat ini belum ada maskapai Indonesia yang menggunakan pesawat Airbus A220. Tantangan keuangan dinilai membuat maskapai masih pikir-pikir untuk membelinya.

Pesawat Airbus A220 mampir ke Jakarta dalam rangkaian tur demonstrasi di Asia Tenggara pada Kamis (25/5/2023). Dalam kesempatan itu, Single Aisle Product Marketing Director Airbus, Raymond Manougian, memaparkan bahwa A220 merupakan pesawat paling moderen jika dibandingkan dengan pesawat lain pada kategori ukuran yang sama. Pesawat ini mampu menampung 100-160 orang dengan jangkauan terbang hingga 6.400 kilometer.

Dengan kemampuan ini, pesawat tersebut dapat melayani rute domestik seperti Sydney-Melbourne di Australia hingga rute internasional yakni Mumbai, India ke Beijing, China. Melihat contoh-contoh tersebut, tak menutup kemungkinan pesawat ini juga cocok untuk terbang di Indonesia yang merupakan negara kepulauan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ada banyak potensi di wilayah ini (Indonesia). Kami punya A220-100 yang sangat mampu terbang ke bandara yang lebih kecil dan dapat menjangkau antarpulau di Indonesia dan di luar Indonesia," katanya.

Pengamat penerbangan Gerry Soejatman mengungkapkan dalam konteks Indonesia, A220 memang potensial menjangkau bandara kecil. Sebagaimana diketahui, maskapai di Indonesia umumnya menggunakan pesawat tipe Boeing 737 dan A320 yang membutuhkan runway (landasan pacu) yang panjang.

ADVERTISEMENT

"Di Indonesia, kita terbiasa dengan 737 dan 320 yang butuh runway 2.000-2.500 meter. Kalau untuk Airbus A220 ini di bawah 2.000 meter sekitar 1.600 meter bisa, untuk penerbangan sampai 4 jam. Jadi bisa cover hampir satu Indonesia mulai dari bandara kecil," kata Gerry ditemui di Terminal 1A Bandara Soekarno-Hatta Tangerang, Kamis (25/5/2023).

Selain itu, Gerry juga menjelaskan bahwa industri penerbangan Indonesia juga membutuhkan kapasitas pesawat yang pas untuk rute tertentu. Dapat dikatakan, A220 ini menjadi penengah antara pesawat berkapasitas besar dan kecil.

"Sangat fleksibel buat Indonesia. Dan industri kita lagi kendala di bawah 737 dan 320 langsung ATR. Jadi dari 150-180 kursi langsung turun 70 kursi, nggak ada yang di tengah. Sekarang kita butuh kapasitas itu," tuturnya.

Sementara itu, A220 juga mengklaim lebih efisien secara konsumsi bahan bakar dan emisi karbon sebesar 25 persen jika dibandingkan pesawat generasi sebelumnya yang ukurannya mirip. Teknologi yang digunakan juga baru, termasuk penggunaan mesin turbofan generasi terbaru Pratt & Whitney PW1500G.

"Pesawat ini lebih irit dengan desain baru dan engine (mesin) baru. Tapi kembali lagi pesawat lain juga berkembang dan ada update mesin. Ini pesawat waktu dilaunching banyak orang yang tidak merasa ini akan laku. Tapi begitu lihat angka performanya seperti apa, maskapai banyak yang tertarik," kata dia.

Sejauh ini, sejumlah maskapai yang telah menggunakan A220 adalah Delta Airlines, Korean Air, hingga Qantas. Namun di Indonesia, belum ada maskapai yang membeli pesawat tersebut.

Gerry mengungkapkan, salah satu alasan terbesarnya adalah soal keuangan. Melansir Simple Flying, pesawat A220-300 dijual seharga USD 91,5 juta dan A220-100 sebesar USD 81 juta pada 2018.

"Tantangannya dari recovery airline sendiri-sendiri. Kita baru keluar dari pandemi, jumlah penumpang baru naik tapi keuangannya butuh waktu untuk pulih," ujarnya.

Selain itu, masalah lain adalah mengenai ketersediaan suku cadang pesawat. Hal ini nantinya akan berpengaruh pada keselamatan penerbangan sehingga maskapai enggan mengambil risiko.

"Kita juga lihat semua maskapai di dunia kendala dengan suku cadang yang menjadi kendala recovery dan itu butuh waktu," kata Gerry.




(pin/wsw)

Hide Ads