Cerita Orang Papua Selamatkan Hewan Langka, Labi-Labi

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Cerita Orang Papua Selamatkan Hewan Langka, Labi-Labi

bonauli - detikTravel
Minggu, 28 Mei 2023 23:05 WIB
Maximus Tipagau edukasi soal labi-labi pada warga
Maximus selamatkan labi-labi dari rumah warga (Maximus/Istimewa)
Keakwa -

Maximus Tipagau adalah tokoh Papua yang tak henti-hentinya memberikan edukasi tentang alam pada masyarakat. Termasuk hewan langka, labi-labi.

Pekan lalu, Maximus sedang dalam perjalanan ke Kampung Keakwa, Mimika untuk membagikan sagu ke pedalaman. Saat itu Maximus sedang berada di kampung dekat Rumah Sagu Keakwa.

Tiba-tiba dirinya melihat seekor labi-labi betina besar di rumah warga. Labi-labi adalah ikan dengan jenis kura-kura berpunggung yang memiliki moncong seperti babi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hewan ini masuk dalam satwa langka yang sudah terancam punah. Jumlahnya di alam terus menurun karena kurangnya edukasi pada masyarakat yang terus mengkonsumsinya.

Maximus Tipagau edukasi soal labi-labi pada wargaMaximus Tipagau edukasi soal labi-labi pada warga Foto: (Maximus/Istimewa)

Maximus pun menghampiri rumah tersebut. Sembari mengobrol, Sang Gladiator bertanya pada pemilik rumah, dari mana ia mendapatkan labi-labi ini.

ADVERTISEMENT

Selidik punya selidik, ternyata labi-labi didapat dari sungai. Bahkan, rencannya labi-labi ini hendak dimasak oleh sang mama pemilik rumah.

Melihat ini, hati Maximus teriris. Dengan tegas, dirinya memberitahu pemilik rumah bahwa labi-labi tersebut tidak boleh dikonsumsi.

"Saya beli, tapi jangan dimakan dilepas," jawab Maximus tegas.

Prinsip Maximus yang begitu kuat mengalahkan keinginan warga untuk mengkonsumsinya. Walau berat hati, akhirnya labi-labi ini dilepaskan ke alam.

Maximus membawa labi-labi ke sebuah jembatan di pinggir sungai. Sambil membasahi cangkang labi-labi, Maximus berpesan pelan padanya untuk segera pulang, kembali ke alam.

Sang labi-labi seakan mengerti maksud hati Maximus, kaki-kakinya yang tadinya lunglai tiba-tiba bertenaga. Kepalanya terangkat, badannya siap dan meluncur ke sungai.

Pelepasan labi-labi ini diikuti dengan derai air mata dari si mama pemilik rumah. Sedu sedan terdengar, membuat perhatian Maximus teralihkan.

Bukan, mama ini bukan nangis karena sedih dengan kepergian labi-labi. Mama sedih karena tidak jadi masak labi-labi.

Dengan tenang, Maximus memberi pengertian pada mama, bahwasannya labi-labi tidak boleh lagi dikonsumsi. Mama itu menangis tambah keras karena kepergian si labi-labi.

Yah, apa mau dikata, namanya juga sudah terbiasa. Semoga ke depannya, masyarakat Keakwa sudah tak mengkonsumsi labi-labi karena sudah ada sedikit edukasi.




(bnl/bnl)

Hide Ads