Bukan Merujuk Waktu, Ini Arti Kata 'Menit' bagi Orang Kuningan

Fathnur Rohman - detikTravel
Rabu, 07 Jun 2023 15:46 WIB
Wisata Kuningan. Foto: (Bima Bagaskara/detikcom)
Kuningan -

Tahukah kamu, orang Kuningan punya ungkapan tersendiri ketika pusing. Mereka kerap menggunakan kata menit yang hanya dimengerti penduduk setempat.

Kata menit memang digunakan juga pada bahasa Indonesia. Dalam KBBI, kata tersebut dipakai untuk menunjukkan ukuran satuan waktu 60 detik. Namun, bagi orang Kuningan arti sebenarnya dari kata menit sangatlah berbeda.

Kebanyakan masyarakat Sunda di Jawa Barat menggunakan kata 'lieur' saat merasa pusing, bingung, dan semacamnya. Tapi di Kuningan justru kata menit yang dipakai.

Kata menit dalam bahasa Sunda di Kuningan artinya pusing. Bukan menunjukkan waktu. Tidak jarang kata tersebut juga dipakai untuk menggambarkan kondisi pikiran yang sedang mumet, stres, pening dan lainnya.

Contoh kalimatnya seperti ini 'Hulu urang menit pisan (kepala saya pusing sekali)' dan 'Urang menit keur teu boga duit (saya pusing lagi tidak punya uang)'.

Pemerhati Budaya Kuningan, Asep Budi Setiawan menjelaskan, kata menit menjadi bagian dalam bahasa wewengkon Kuningan. Maksudnya, kata tersebut hanya digunakan dan dipahami oleh orang Kuningan.

Selain kata menit yang artinya pusing atau sakit kepala, ada pula beberapa kata seperti teoh (bawah), sroal (celana panjang), mungkal (batu), celem (sayur) serta lainnya yang hanya bisa dijumpai di Kabupaten Kuningan.

"Bagi ahli bahasa atau linguistik bahasa wewengkon merupakan kekayaan yang ada di suatu daerah, harus dijaga salah satunya digunakan dalam kehidupan sehari-hari," kata Asep kepada detikJabar, Rabu (7/6/2023).

Sebagian besar dari kosakata unik di Kuningan, termasuk kata menit, telah diinventarisasi dalam sebuah buku bertajuk 'Basa Wewengkon Kuningan'. Hal ini tentu sangat menarik, lantaran bahasa Sunda yang berkembang di Kuningan telah melahirkan banyak sekali kosakata khas.

"Saya dan teman-teman pamong budaya dulu pernah menginventarisasi, menerapkannya dalam kalimat, dan memberi arti atau penjelasan lalu dibukukan dan diberi judul Basa Wewengkon Kuningan," ujar Asep.

Ciri khas dari penutur Sunda di Kuningan tak hanya sekedar mengucap kata unik. Lebih dari itu, orang Kuningan memiliki logat atau dialek khas dalam berbahasa.

Kabid Kebudayaan Disdikbud Kabupaten Kuningan, Emup Muplihudin menerangkan, jangankan di satu kabupaten, penduduk antar desa di satu kecamatan juga punya keunikan. Kekhasan tersebut berpadu dengan kosakata unik pada percakapan antar warga Kuningan.

"Contoh kecilnya dialek orang Darma, dengan Paru atau Cikupa sangat berbeda. Ciri khasnya terletak pada kecap (kata) dan dialek yang dituturkan," jelas Emup.

Menyambung soal Sunda Wewengkon Kuningan, menurutnya beberapa kosakata tersebut memang hanya berkembang di sini. Namun terdapat juga sejumlah kata yang ada di daerah lain tetapi punya makna berbeda.

"Definisi Sunda Wewengkon Kuningan itu pertama kecap atau kosakata yang hanya ada dan berkembang di Kuningan. Jadi di daerah lain tidak ada. Kemudian ada kecap yang berkembang di Kuningan dan di daerah lain juga ada. Tapi punya makna berbeda," jelas Emup.

Tidak hanya itu saja, Kabupaten Kuningan memiliki kecap paneges dan panganteur. Fungsinya teramat penting karena digunakan saat orang Kuningan berkomunikasi dengan lawan bicaranya.

"Persoalan kasar atau tidaknya, tinggal dilihat dari undak-usuknya. Misalnya bagaimana kita berbicara dengan orang yang lebih tua," papar Emup.

Secara kuantitatif jumlah kecap Sunda Wewengkon Kuningan memiliki sekitar 2.227 kosakata. Mengingat sifat bahasa ini arbiter dan dinamis, maka kemungkinan ada penambahan 17 kecap baru. "Kita akan coba dokumentasikan dalam bentuk kamus di dalam edisi yang ketiga," pungkasnya.

Artikel ini sudah tayang di detikJabar.



Simak Video "Video Bahasa Jawa-Sunda Jadi Bahasa Daerah yang Aman dari Kepunahan"

(pin/pin)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork