Beberapa kampung mati yang ditinggal warganya menyita perhatian belakangan ini. Terbaru, ada juga yang serupa, yakni satu keluarga yang sama-sama tinggal di dalam hutan.
Sebuah keluarga di Jember hidup di tengah hutan terpencil yang terpisah dan sangat jauh dari permukiman warga lainnya. Mereka tinggal di sebuah rumah berukuran sekitar 5x7 meter dengan dinding dan beratap asbes.
Satu keluarga ini terdiri atas seorang ayah, anak, menantu, dan seorang cucu. Mereka tinggal di kawasan hutan milik Perhutani di Dusun Congapan, Desa Karangbayat, Kecamatan Sumberbaru.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sang ayah bernama Suri Madin yang kini berusia sekitar 84 tahun. Di rumah itu, Suri Madin tinggal bersama anak ketiganya, Saiful dan istri Saiful bernama Khotijah, serta anak Saiful yang berusia sekitar 5 tahun.
"Kalau saya tinggal di sini sekitar 2 tahun lalu, ikut suami. Tapi kalau bapak ya sudah lama, suami saya kan lahir di rumah ini, sekitar tahun 1996," kata istri Saiful, Khotijah ditemui detikJatim di rumahnya, Jumat (7/7/2023).
Di keluarga itu, Saiful menjadi tulang punggung perekonomian. Sebab, usia Suri Madin yang sudah uzur tak memungkinkannya untuk bekerja.
"Kerja tani. Dulu bertani jagung. Sekarang kopi dan durian. Nggarap lahan milik Perhutani ini," kata Khotijah.
Dari permukiman penduduk, rumah yang mereka tempati berjarak sekitar 500 hingga 700 meter. Rumah berlantai tanah itu dikelilingi tanaman durian dan kopi.
"Kalau masak pakai kayu bakar dan pakai kompor gas. Airnya ambil dari sumber mata air. Juga ada sungai dekat rumah ini," terang Khotijah.
Rumah itu hanya bisa dijangkau dengan motor karena merupakan jalan setapak. Mobil hanya bisa menjangkau sekitar 2 km dari rumah Suri Madin.
Jalan setapak menuju rumah Suri Madin merupakan jalan menanjak yang cukup terjal melewati areal persawahan dan hutan kopi. Jalan ini lebih sulit dilalui jika musim hujan. Sebab jalan setapak itu menjadi licin.
"Transportasinya ya pakai sepeda motor. Suami saya ada satu motor yang dipakai untuk naik turun ke sini," terang Khotijah.
Untuk penerangan rumah, keluarga Suri Madin menggunakan listrik yang bersumber dari aki motor. Lantaran menggunakan aki motor, maka bola lampu di rumah itu juga terbatas.
"Ada dua bola lampu, di tengah dan di kamar. Menyalanya juga terbatas. Mungkin mulai sore sampai agak malam," kata Khotijah.
"Dulu nyalur ke rumah yang di bawah. Tapi sudah diputus karena ada masalah. Diputus sekitar habis Lebaran kemarin," sambung perempuan itu.
Khotijah tidak tahu sampai kapan dia bersama suaminya tinggal di rumah yang jauh dari permukiman warga itu. Namun, dia dan suaminya bersepakat untuk tetap menjaga dan merawat Suri Madin yang enggan untuk pindah.
Baca artikel selengkapnya di detikJatim
(msl/msl)
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol
Tragedi Juliana di Rinjani, Pakar Brasil Soroti Lambatnya Proses Penyelamatan